Wilmar kembali menyatakan kekecewaannya yang amat sangat terhadap Greenpeace karena menaiki paksa salah satu kapal tanker minyak kelapa sawit dari Indonesia dalam perjalanannya ke Eropa dan menuduh lembaga tersebut lebih mementingkan mencari perhatian daripada bekerja sama untuk membangun industri kelapa sawit.
“Kami sangat kecewa karena Greenpeace terus-menerus melakukan aksi yang mengundang perhatian dibandingkan bekerja sama dengan para pelaku industri kelapa sawit, termasuk Wilmar,” ujar perusahaan sawit raksasa tersebut dalam sebuah rilis yang diperoleh The Palm Scribe.
Greenpeace melalui investigasinya menyatakan aksi tersebut dilatarbelakangi oleh perilaku Wilmar, sebagai pemasok utama, yang terus-menerus menyediakan minyak sawit kotor untuk Mondelez, produsen dari Oreo, Cadbury, dan Ritz.
Menanggapi hal tersebut, Wilmar menganggap bahwa Greenpeace telah “gagal paham” dan mengabaikan fakta bahwa kelapa sawit adalah komoditas penghasil minyak nabati yang paling produktif, fleksible, efisien dan ramah lingkungan.
“Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati yang paling produktif dan versatile di dunia, menghasilkan lima kali lebih banyak minyak per hektar per tahunnya daripada tanaman penghasil minyak yang paling produktif setelahnya, yaitu rapeseed, dan bahkan sampai sepuluh kali lipat dari produksi minyak dari biji kedelai per tahunnya,” demikian rilis tersebut mengatakan.
Wilmar juga menekankan bahwa komoditas kelapa sawit telah berkontribusi dalam mengurangi kemiskinan di berbagai negara berkembang dan menilai bahwa menjadikan kelapa sawit sasaran target secara tidak adil, malah akan dapat berakibat meluasnya deforestasi dikarenakan perluasan penanaman komoditi lainnya .
“Memperlakukan kelapa sawit dengan tidak adil sebagai target akan dapat menyebabkan dampak deforestasi yang lebih secara global karena penanaman komoditas sumber nabati lainnya,” ungkap rilis tersebut.
Wilmar menilai Greenpeace telah secara terus menerus melakukan perundungan tanpa melihat fakta sebenarnya yang ada pada industri kelapa sawit.
“Kami sudah berbagi dengan cara yang sangat transparan mengenai rencana aksi kami ke depannya dengan Greenpeace. Namun, kami terus melihat bahwa Greenpeace terus menggunakan taktik-taktik perundungan dan menakut-nakutinya sementara menolak untuk bekerja secara berarti dengan industri kelapa sawit,” demikian Wilmar mengatakan dalam rilis tersebut.
Wilmar mengatakan perusahaan terus akan berada di ujung tombak keberlanjutan dan akan terus menyumbang kepada transformasi industri, termasuk bagi para petani yang sangat rentan nasibnya.
“Dengan berkampanye melawan kelapa sawit, taktik Greenpeace ini menyusahkan petani kecil, terutama di saat ini, dimana harga minyak sawit mentah berada pada titik terendahnya di dunia,” tutup Wilmar.