
Dewan Negara Produsen Minyak Kelapa Sawit (CPOPC) menghimbau Uni Eropa untuk bekerja sama dan memperbaiki standar keberlanjutan, termasuk bagi minyak kelapa sawit, melalui strategi “Farm to Fork”nya.
“Strategi ‘Farm to Fork (F2F)’ yang belum lama ini diluncurkan oleh Komisi Eropa membuka peluang besar bagi kita semua untuk bekerja sama dan memperbaiki standar-standar keberlanjutan,” demikian CPOPC mengatakan dalam sebuah pernyataan tertulisnya yang diterima The Palm Scribe Kamis (16/7.)
Strategi “Farm to Fork” ini merupakan usaha the European Green Deal untuk membuat sistem pangan yang adil, sehat dan bersahabat dengan lingkungan. Dalam strategi ini, sebuah sistem pangan yang berkelanjutan harus antara lain, memiliki dampak lingkungan yang netral atau positif, dapat memastikan keamanan pangan, nutrisi maupun kesehatan masyarakat dan bahwa semua orang memiliki akses ke pangan yang aman, bergizi dan berkelanjutan.
CPOPC mengatakan bahwa dalam dua dasawarsa terakhir ini, minyak kelapa sawit telah menjadi korban kampanye hitam yang tidak adil dan kontra-produktif di beberapa negara Eropa yang didorong oleh motif proteksionis dan komersil.
“Konsumen dan warga Eropa merupakan korban utama aktivitas demikian, disesatkan oleh berita palsu yang tidak memiliki basis ilmiah,” ujar CPOPC.
Minyak kelapa sawit, menurut organisasi ini, telah dibuktikan merupakan satu diantara produk-produk yang paling berimbang untuk menjamin gizi yang aman dan juga berkelanjutan bagi penduduk dunia yang sudah hampir mendekati 10 milyar.
CPOPC mengatakan bahwa industri minyak kelapa sawit sudah meningkatkan usahanya dan menggunakan hasil penelitian yang paling maju, ilmiah dan teknis, untuk mencapai tingkat keamanan pangan dan keberlanjutan lingkungan yang paling tinggi seperti telah dibuktikan kebanyakan data dan studi ilmiah termutakhir.
“Sekretariat CPOPC memahami keinginan pemerintahan-pemerintahan nasional untuk mendukung produsen minyak dan lemak nabati domestic mereka, apalagi di saat saat menantang seperti sekarang ini,” demikian pernyataan CPOPC. “Namun, kami yakin bahwa Uni Eropa akan bertindak untuk kepentingan semua warganya, dan dengan mempertimbangkan pencapaian pembangunan global, dengan menjamin impor dan akses kepada minyak kelapa sawit berkelanjutan,” CPOPC mengatakan.
Kebanyakan dari minyak kelapa sawit yang tiba di Eropa sudah tersertifikasi dan telah memenuhi standar keberlanjutan yang sangat tinggi, organisasi itu menggaris bawahi.
CPOPC mengatakan bahwa agar strategi “Farm to Fork” dapat memberikan dampak yang berarti dan juga mencapai tujuan-tujuannya, semua pihak harus bekerja sama pada tingkatan internasional dan dengan basis multilateral.
Agar benar benar sesuai dengan nilai dan norma mereka, Uni Eropa harus mendorong legislasi dan langkah-langkah regulasi yang berimbang, non-diskriminatif, non-unilateral dan berbasis ilmiah, tambahnya.
“Pada intinya, Uni Eropa harus bekerja dalam kemitraan dengan negara-negara terkait melalui konsultasi dan dialog,” demikian menurut CPOPC.
CPOPC juga mengatakan organisasi itu menyambut sebuah pernyataan yang dikeluarkan boleh Komisioner Eropa untuk Perdagangan, Phil Hogan, baru baru ini, yang menurut CPOPC memperlihatkan sebuah kemauan yang baru dari Eropa untuk berkolaborasi dengan negara-negara produsen minyak kelapa sawit untuk membangun rantai pasok yang lebih berkelanjutan lagi.
“Semua perspektif harus dipertimbangkan. Harus ada diskusi yang multilateral dan bukan menggunakan aplikasi diplomasi Hijau melulu. Kami ingin menjadi bagian dari diskusi ini, bukan hanya sebagai penonton,” demikian pernyataan CPOPC.