The Palm Scribe

Serapan Minyak Sawit Bersertifikasi Dunia Naik 13% Tahun 2019: RSPO

Pasar global menyerap 7,07 juta ton metric Minyak Kelapa Sawit Tersertifikasi Berkelanjutan (CSPO) di tahun 2019, atau meningkat 13 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) mengatakan dalam sebuah laporan terakhirnya.

“Kami tahu bahwa masih banyak pekerjaan yang masih harus dilakukan bila kita benar-benar ingin mewujudkan transformasi pasar. Saya yakin bahwa Anggota RSPO di seluruh rantai pasok akan bekerja sama untuk meningkatkan lagi penyerapan CSPO, menghadirkan dampak positif dan menangani tantangan lainnya serta kesempatan yang mungkin ada di tahun 2021 dan setelahnya,” demikian CEO RSPO yang baru, Beverley Postma, mengatakan dalam sebuah pernyataan tertulis RSPO mengenai peluncuran 2019 Impact Report.

Produksi CSPO pada tahun yang sama juga meningkat 13 percent mencapai 15,19 juta ton metric sementara produksi Minyak Kernel Bersertifikasi Berkelanjutan (CSPK) mencapai 3,38 juta ton metric atau 11 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya, laporan yang diluncurkan Rabu (16/9) itu mengatakan.

Laporan juga memperlihatkan bahwa luas area tanam yang tersertifikasi RSPO tumbuh sebesar sembilan persen di tahun 2019 hingga mencapai 4,2 juta hektar di 17 negara. Indonesia dan Malaysia, laporan tersebut menambahkan, masih tetap menduduki posisi teratas sebagai produsen minyak kelapa sawit dengan luasan area tanam tersertifikasi mereka mencapai 81 persen dari total luas lahan tanam tersertifikasi RSPO.

Laporan 2019 Impact Report ini merupakan edisi khusus berjudul Reflecting on a Decade of Growth, (Refleksi Satu Dasawarsa Pertumbuhan) yang mendokumentasikan pencapaian dan kinerja RSPO sepuluh tahun terakhir ini.

 “Adalah menginspirasi melihat betapa banyak telah dicapai anggota RSPO dalam periode satu dasawarsa, dan  belum lama ini, melihat bagaimana beberapa inisiatif telah diluncurkan yang lebih menguatkan posisi RSPO sebagai standar sertifikasi keberlanjutan minyak sawit yang terkemuka,” ujar Postma.

Laporan juga menggarisbawahi pertumbuhan jumlah anggota yang luar biasa dalam dasawarsa terakhir, hingga mencapai lebih dari 4,500 anggota pada akhir Desember 2019, dan juga kenaikan 579 persen yang mengagumkan dalam luasan lahan tersertifikasi RSPO hingga mencapai 4.2 juta hektar.

Usaha RSPO untuk merangkul lebih banyak petani kecil sawit juga terlihat menjanjikan dengan kenaikan 39 persen year-on-year dalam jumlah petani kecil tersertifikasi yang mencapai 157.580 dan juga pertumbuhan sebesar 20 persen dalam jumlah pemegang Lisensi Merek RSPO dengan jumlah pemegang lisensi tercatat sebanyak 958 di 60 negara pada saat periode laporan terakhir.

Laporan juga memperlihatkan bahwa RSPO telah mengidentifikasi 230.195 hektar area dengan Nilai Konservasi Tinggi (high conservation value/HCV) yang dikelola anggota RSPO 

Para anggota juga telah meningkatkan usaha mereka untuk menghindari pembukaan lahan serta penanaman baru di lahan gambut, dan dengan mencadangkan areal konservasi dalam pengembangan baru mereka, dan demikian menghemat 1,4 juta ton setara karbon dioksida (tCO2e) per tahun dalam emisi karbonnya, atau setara dengan emisi 302.461 kendaraan penumpang dalam setahunnya.

Pernyataan tertulis itu juga mengumumkan bahwa tahun ini, pelaksanaan Konferensi Meja Bundar Tahunan mengenai MInyak Sawit Berkelanjutan (RT2020) akan dilaksanakan secara virtual pada 9-11 November ini dengan mengambil tema “RT2020: Rantai Pasok Minyak Sawit yang Berketahanan dan Berkelanjutan.”

Tema tersebut, dikatakannya, mencerminkan ketahanan serta kemampuan beradaptasi anggota RSPO serta para pemangku kepentingan dalam menghadapi tantangan dalam masa COVID 19 ini dan seterusnya.

Baca lebih banyak tulisan oleh Didiet Nugraha.
Industri perhutanan? Kunjungi The Forest Scribe.
Ikuti kami di media sosial kami untuk terus mendapatkan kabar mengenai kelapa sawit, Anda dapat menemukan tautannya di sisi kiri halaman ini.
Share This