Photo Credit: Agence France-Presse (AFP)
Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), yang memiliki standar keberlanjutan minyak kelapa sawit paling dikenal di dunia, mengatakan bahwa mereka menyambut inisiatif sertifikasi baru sebagai bentuk tanggung jawab bersama terhadap keberlanjutan dalam industri kelapa sawit, kata Chief Executive Officer kepada The Palm Scribe pada Jumat (28/6).
“Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) setuju dengan pemikiran bahwa masih banyak yang harus dilakukan untuk dapat menempatkan keberlanjutan sebagai sebuah norma. Untuk mencapainya, kami menyerukan semua aktor dalam rantai pasokan minyak sawit untuk berkomitmen pada esensi dari tanggung jawab bersama; elemen utama yang diadopsi dalam standar kami yang sudah diperkuat pada bulan November tahun lalu,” kata Chief Executive Officer RSPO, Darrel Webber.
Darrel mengomentari peluncuran The Accountability Framework Initiatives (AFI), yang didirikan oleh sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk membantu perusahaan mengatasi “masalah mendasar” dalam rantai pasokan global dengan menyediakan sebuah platform online untuk mengatasi masalah etika yang mereka hadapi.
Diluncurkan pada 11 Juni 2019, AFI adalah kemitraan 14 LSM sosial dan lingkungan, termasuk World Wildlife Fund (WWF), ProForest, dan Rainforest Alliance. AFI menargetkan perusahaan yang terlibat dalam komoditas pertanian dan hutan, termasuk kedelai, minyak kelapa sawit, daging sapi, dan kakao.
AFI mengklaim keberadaanya sebagai sebuah respons terhadap “kurangnya tindakan dan akuntabilitas serta komitmen perusahaan pada deforestasi dan hak asasi manusia” dan mengharuskan para pemain yang terlibat untuk mematuhi “pedoman yang ditetapkan” sebagai bentuk komitmen kuat mereka.
Darrel Webber tetap positif ketika diminta pendapatnya apakah inisiatif baru itu sesuatu yang bersifat “pengulangan” untuk industri kelapa sawit, dengan mengatakan bahwa “Bersama lebih dari 4.300 anggota, kami telah memulai perjalanan yang berkelanjutan untuk menjadikan minyak sawit berkelanjutan dan transformasi pasar sebagai tanggung jawab bersama.”
Dia menambahkan RSPO memiliki sistem yang ketat untuk memastikan bahwa perkebunan Bersertifikat RSPO mematuhi standar yang disyaratkan yang disepakati. Ini termasuk sertifikasi pihak ketiga, sistem akreditasi untuk lembaga sertifikasi, sertifikasi rantai pasokan untuk pengguna akhir, penelusuran yang disediakan melalui sistem PalmTrace, dan mekanisme pengaduan yang terbuka dan transparan.
Meskipun RSPO dipandang memiliki serangkaian persyaratan terkuat, pasar juga mengakui beberapa standar lain, termasuk standar nasional seperti Minyak Sawit Berkelanjutan Malaysia (MSPO) atau Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO), Sertifikasi Keberlanjutan & Karbon Internasional (ISCC), Jaringan Pertanian Berkelanjutan (SAN) dan Roundtable on Sustainable Biomaterials (RSB).