The Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) pada hari Senin (16/7) mengumumkan bahwa organisasi ini telah mengembalikan keanggotaan Nestlé S.A. setelah perusahaaan konsumen raksasa ini menyerahkan rencana aksinya untuk mencapai 100 persen pasokan sawit berkelanjutan yang tersertifikasi RSPO pada tahun 2023.
Efektif pada hari Senin, 16 juli 2018, sertifikat serta status Nestlé’s dikembalikan, demikian RSPO mengatakan dalam sebuah rilis pers yang diterbitkan di Kuala Lumpur.

Pada tanggal 27 Juni yang lalu, Dewan Gubernur RSPO telah membekukan keanggotaan Nestlé karena tidak menyerahkan Laporan Tahunan Kemajuan (ACOP) untuk tahun 2016 dan laporan tahun 2017 diserahkan tanpa disertai jadwal waktu yang mengikat. Nestlé juga memiliki tunggakan iuran keanggotaan.
Dalam laporan tersebut, anggota diharuskan menyebutkan langkah yang telah diambil di tahun sebelumnya, langkah spesifik yang direncanakan untuk tahun berikutnya dan untuk jangka panjang dalam bentuk jadwal yang mengikat untuk bekerja menuju produksi atau pembelian sawit berkelanjutan yang bersertifikasi.
“RSPO lebih dari sekedar skema sertifikasi, ia adalah sebuah skema komitmen, Ketika bergabung kedalam RSPO, semua anggota kami membuat komitmen untuk merubah industri kelapa sawit. Nestlé telah berjanji untuk meningkatkan usahanya dalam bekerja secara aktif dengan solusi yang ada dalam sistim RSPO, melalui partisipasi aktif. Melalui hal ini, kami menyambut kembalinya Nestlé, dan meyakini bahwa mereka akan menghormati kewajiban anggota dan berhasil menyertakan jadwal mengikat mereka,” SEO RSPO Darrel Webber mengatakan dalaam rilis tersebut.
Rilis mengatakan bawha baik RSPO maupun Nestlé memiliki visi yang sama untuk mentransformasi industry kelapa sawit kearah masa depan yang berkelanjutan. Mereka juga percaya bahwa untuk mencapai hal ini diperlukan kerja dari keseluruhan industri kearah transparansi, inklusivitas, keikutsertaan langsung dalam mata rantai pasokan serta pembangunan kapasitas dalam mata rantai pasokan, yang lebih besar.
“Nestlé mendukung peran dalam mendorong perubahan besar dalam industry dan menghargai keputusannya menyusul penyerahan rencana aksi yang terfokus kepada peningkatan ketertelusuran melalui sawit RSPO yang terpisah,” demikian Benjamin Ware, Kepala Global Nestlé’ untuk Pasokan yang Bertanggung Jawab.
Ware mengatakan bahwa transparansi dalam mata rantai pasokan selalu menjadi prioritas bagi Nestlé.
“Nestlé selalu berkomitmen untuk melaksanakan sumber pasokan yang bertanggung jawab dan telah mencapai kemajuan yang berarti dalam komitment kami untu menggunakan sumber sawit yang seluruhnya dapat dipertanggung jawabkan,” demikian Ware.
Ia menambahkan bahwa Nestlé akan memainkan peran penting dalam RSPO dengan keikut sertaan dalam kelompok-kelompok kerja serta bergagi pengalaman dalam menghadapi beberapa tantangan lingkunghan dan sosio-ekonomi yang kritikan dan mempengaruhi sektor ini.
“Sejalan dengan obyektif RSPO, pekerjaan ini akan fokus kepada pencegahan deforestasi, terutama perlindungan terhadap lahan gambut dan lahan dengan stok karbon tinggi, dan juga dengan menghormati hak hak azasi manusia sepajang mata rantai nilai,” tambahnya lagi.
RSPO, asosiasis dunia terbesar mengenai produksi sawit yang ethis, didirikan oleh kelompok-kelompok lingkungan dan wakil-wakil industri di tahun 2004 dengan tujuan untuk mengurangi praktik-praktik destruktif oleh produsen saewit, seperti deforestasi dan perambahan lahan.