Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) berkomitmen untuk fokus bekerja untuk mencapai transformasi pasar industri kelapa sawit kearah yang lebih baik dan karenanya berusaha keras menarik sebanyak mungkin petani kecil, yang perannya semakin penting di sektor ini.
“Sekarang ada 40 persen petani kecil sawit di Malaysia, 45 persen di Indonesia, dan hampir 80 persen di Thailand yang berkontribusi pada industri kelapas sawit, mereka adalah kelompok yang penting dan tidak boleh kita lupakan, kita harus menjamin bahwa mereka berkembang dan tidak ditinggalkan,” ujar Darrel Webber, CEO dari RSPO di Kota Kinabalu, Malaysia, Rabu (14/11).
Berbicara dalam sebuah jumpa pers di sela sela perhelatan Roundtable ke enam belas, Webber mengatakan bahwa petani kecil kelapa sawit menjadi subjek utama untuk mendukung keberlangsungan masa depan industri kelapa sawit.
Dalam usahanya menarik lebih banyak petani kecil kedalam sistim keberlanjutan ,RSPO kini sedang mempersiapakan standar khusus keberlanjutan kelapa sawit bagi petani kecil yang diperkirakan akan selesai dan mulai diterapkan di tahun 2019.
Webber mengatakan bahwa usaha menarik lebih banyak petani kecil kedalam mata rantain pasok kelapa sawit berkelanjutan merupakan bagian dari fokus utama organisasi RSPO saat ini.
“Ada tiga hal yang menjadi fokus kita; inovasi, inklusif, dan komitmen,” ujarnya.
Sementara itu Carl Nielsen, Pimpinan Direktur United Plantations menjawab persepsi negatif yang kini ada pada kelapa sawit di Eropa, dengan mengatakan bahwa semua produk memiliki dampak positif maupun negatifnya masing masing.
“Apapun yang dikonsumsi secara berlebihan itu tidak baik,” ujarnya dengan menambahkan bahwa kelapa sawit kini memang diperlakukan tidak adil di Eropa.

“Ini semua karena persaingan pasar yang ada di Eropa yang datang dari komoditas minyak nabati yang lain yang takut pangsa pasarnya berkurang,” jelasnya.
Nielsen juga mengatakan bahwa “Persepsi ini sangat penting, kalau disana beruntung ada minyak zaitun, kita disini juga beruntung mempunyai minyak kelapa sawit, dan anda dapat melihat sendiri, kesehatan orang orang disini tidak buruk kan?”
Menjawab tuduhan dari Eropa bahwa kelapa sawit memicu terjadinya deforestasi, Nielsen mengatakan bahwa perkebunan kelapa sawit hanya memakan 0,4 persen lahan di dunia, tapi merupakan sumber minyak nabati terbesar dan tidak ada komoditi lain yang dapat menyaingi tingkat efisiensi produksi ini,
Pada kesempatan yang berbeda, Direktur RSPO Indonesia Tiur Romandang menyadari harga CPO di Indonesia sedang mengalami penurunan. “Adanya penurunan tersebut bukan dibawah kendali kami, RSPO tidak pernah berbicara pasar, namun mengedukasi pasar,” ujarnya kepada The Palm Scribe.
Tiur juga menjelaskan bahwa keuntungan yang diharapkan RSPO bukanlah berupa nominal uang, melainkan produktivitas yang meningkat untuk kemajuan industri kelapa sawit.