Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), standar keberlanjutan kelapa sawit yang paling banyak diakui di dunia, mengatakan bahwa kini sudah waktunya bagi organisasi untuk mengubah pernyataan-pernyataan mereka menjadi aksi nyata demi tercapainya transformasi pasar. Salah satu eksekutif RSPO mengatakan bahwa dibutuhkan insentif dan penghargaan bagi para petani dan produsen kelapa sawit yang menaati standar keberlanjutan RSPO yang ketat ini.
“Saat ini adalah waktunya untuk mengubah kata-kata kami menjadi aksi nyata. Itulah sebabnya kami mengambil tema ‘Tanggung Jawab Bersama: Mengubah Komitmen menjadi Aksi’ bagi Konferensi Meja Bundar Tahunan Mengenai Kelapa Sawit Berkelanjutan ke-17,” ujar Chief Executive Officer RSPO, Darren Webber yang mengatakan pada laman resmi RSPO.
Ia mengatakan bahwa rapat umum tahunan RSPO terakhir di bulan Oktober 2018, telah mensahkan Prinsip dan Kriteria organisasi yang baru dimana para anggota secara bersama-sama meneguhkan komitmen mereka untuk mencapai transformasi pasar, tetapi pada saat yang sama, mereka juga menyadari bahwa perjalanan menuju itu masih panjang. Semakin mendekatnya batas waktu pencapaian target keberlanjutan di tahun 2020 juga semakin memberikan tekanan kepada perlunya lebih banyak aksi nyata.
“Kalau kita ingin mencapai visi bersama, kita harus memberikan insentif dan penghargaan kepada petani untuk kerja keras mereka dalam melaksanakan standar-standar kami yang ketat ini. Sudah waktunya untuk membuat janji berikutnya dan untuk bekerja bersama dalam mendorong penyerapan oleh pasar dan permintaan akan minyak kelapa sawit berkelanjutan, karena visi ini hanya akan dapat terpenuhi dengan adanya dampak dari tanggung jawab bersama dari semua pemain industri,” ujar Darrel Webber.
Para petani, terutama petani kecil swadaya yang mengelola sekitar 40 persen dari perkebunan kelapa sawit di dunia, banyak mengeluhkan bahwa tidak saja permintaan akan minyak kelapa sawit berkelanjutan masih rendah, tetapi juga tidak ada insentif bagi mereka untuk membudidayakan kelapa sawit secara berkelanjutan.
Hari pertama konferensi, pada Senin 4 November 2019, akan dipenuhi oleh serangkain diskusi persiapan yang membahas berbagai tantangan yang dihadapi industri, seperti kemajuan teknologi, bagaimanan memperjuangkan hak, pelaksaanaan kebijakan no-deforestation, apa yang sedang terjadi dalam panel pengaduan RSPO, bagaimana menjembatani antara petani kecil dan pasar, dan pergerakan menuju mata rantai pasok yang bebas deforestasi di India, Cina dan Timur Tengah.
Pembukaan RT17 secara resmi baru akan dilakukan pada hari Selasa, 5 November. Pidato utama konferensi, akan diberikan oleh Sunny George Verghese, salah satu pendiri dan Group CEO, Olam International Limited dengan judul “Memberi Makan 9,5 milyar orang secara berkelanjutan pada tahun 2050.”
Konferensi akan menyaksikan lima sesi paripurna yang membahas isu-isu utama yang dihadapi industri kelapa sawit, seperti bagaimana mencapai tanggung jawab bersama, perlunya komitmen yang berorientasi aksi untuk meningkatkan penyerapan pasar, transformasi yurisdiksi, bagaimana menggunakan bukti untuk mendorong perubahan dan bagaimana mendorong petani kecil swadaya untuk ikut ke dalam gerbong keberlanjutan.
Para pembicara dan moderator yang berasal dari RSPO maupun berbagai pemangku kepentingan dalam industri kelapa sawit. Mereka termasuk perusahaan besar seperti Bumitama, PebsiCo, Walmart, Unilever, New Britain Palm Oil Limited, dan Univanich Palm Oil PCL, biro konsultan ternama seperti LiSeed Consulting, ACD Consulting, LCA Consultants, Climate Advisers, dan lembaga swadaya masyarakat terkemuka seperti Proforest, Forest Peoples Programme, Conservation international, CERES, WWF, ISEAL Alliance, Fortasbi, Wild Asia, and Solidaridad,
Pembicara juga akan berasal dari lembaga penelitian seperti Singapore Institute of International Affairs, Universitas Kent dan dari the Zoological Society of London. Lembaga keuangan seperti ABN Amro Bank NV, juga akan mengirimkan pembicara, seperti halnya juga perwakilan pemerintahan seperti Bupati Seruyan dari Kalimantan dan Departemen Kehutanan Sabah.
Setelah ditutupnya konferensi, para anggota RSPO akan mengadakan Rapat Umum Tahunan RSPO ke-16 dan akan mengikuti pengambilan suara untuk menentukan sejumlah resolusi, termasuk usulan baru bagi Standar RSPO bagi Petani Kecil, standar RSPO yang disesuaikan bagi petani kecil swadaya di bidang perkelapa sawitan, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dasar keberlanjutan.
*The Palm Scribe adalah Media Partner dari RT17 RSPO yang diadakan di Bangkok, Thailand.