Potensi produktivitas sawit yang tinggi menjadikan industri ini dimusuhi oleh banyak pihak, demikian seorang petinggi Gabungan Produsen Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).

“Kebayang tidak sawit menjadi kekuatan Indonesia? Indonesia menjadi negara super power karena memiliki sumber energi terbarukan dari sawit, itulah mengapa sawit tetap akan dimusuhi,” Wakil Ketua Umum III Gapki bidang Urusan Perdagangan dan Keberlanjutan Togar Sitanggang mengatakan seperti dikutip dalam sebuah laporan yang diunggah pada laman resmi organisasi ini.
Minyak sawit, menurutnya merupakan sumber energi terbarukan di masa depan dan dengan potensi yang ada Indonesia tak akan perlu lagi mengimpor minyak mentah dan bahkan perusahaan minyak dan gas negara, Pertamina akan dapat mengekspor campuran solar dan biodiesel dengan rasio sampai 60-70 persen,.
Berbicara kepada wartawan di Belitung pada hari Senin (27/8) Sitanggang mengatakan Indonesia kini memiliki produksi minyak sawit sekitar 40 juta ton setahun dan bukan tidak mungkin di masa depan mencapai 80 juta ton.
Sawit, lanjut dia, akan mempunyai peran yang sangat besar di kemudian hari dalam hal energi. Ini karena minyak fosil memiliki keterbatasan, hal berbeda dengan renewable energy yang tidak tak terbatas.
Sawit menurutnya bisa berproduksi hingga 25-30 tahun, berbeda dengan kedelai yang hanya tiga bulan dalam setahun.
“Artinya, daya saing sawit jauh lebih tinggi, apalagi kalau produktivitas yang sekarang sekitar 4 ton per hektare (ha) dinaikkan, kita bakal bisa memproduksi 50 juta ton minyak sawit mentah (CPO) yang sekarang hanya sekitar 40 juta ton. Itulah mengapa sawit dimusuhi,” kata Togar.
Indonesia merupakan produsen minyak sawit yang terbesar di dunia dan bersaman produsen terbesar kedua, Malaysia, menguasai sekitar 85 persen pasokan dunia.