BANGKOK – Kalaupun Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) pada minggu ini meloloskan standar sertifikasi keberlanjutan bagi petani kecil swadaya kelapa sawit, produsen skala kecil akan tetap membutuhkan bantuan untuk dapat mencapai dan mempertahankan status keberlanjutannya, ujar COO RSPO Bachtiar Talhah mengatakan disisni Senin (4/11).
“Kalaupun kita meloloskan standar yang baru, kami percaya bahwa model bisnis petani kecil tetap akan membutuhkan banyak dukungan…Dukungan ini perlu terus ada,” Talhah mengatakan dalam kesempatan di sela-sela pertemuan tahunan RSPO disini. Ia mengatakan bahwa pengalaman menunjukkan bahwa belum ada kelompok petani swadaya kelapa sawit yang dapat mencapai sertifikasi tanpa bantuan dari pihak lain.
Ia mengatakan bahwa standar baru yang akan menghadapi pemungutan suara dari para anggota RSPO untuk diloloskan atau tidak pada hari Rabu, akan menyederhanakan sertifikasi RSPO, membuatnya lebih inklusif tetapi pada saat yang sama, lebih kuat, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip utama keberlanjutan.
Petani kecil kelapa sawit, menurutnya, memegang sekitar 40 persen pangsa pasar dan tantangan yang dihadapi untuk membuat mereka menjalankan praktek berkelanjutan dalam budidaya kelapa sawit mereka, tetapi banyak bukti bahwa model bisnis berkelanjutan dapat diikuti oleh mereka. Namun, para pemangku kepentingan lainnya di sektor ini perlu memfasilitasi hal tersebut.
Talhah mengatakan bahwa mengatasi isu-isu yang dihadapi petani kecil, sudah berada di luar kemampuan badan penentu standar seperti RSPO. Ia menunjuk kepada tema pertemuan tahunan 2019 ini, yaitu “Tanggung Jawab Bersama “ dimana semua pemangku kepentingan dapat dan harus turut membantu. Ia mencontohkan isu legalitas lahan, dimana pemerintah pusat dan daerah harus diikut sertakan. Dalam membangun kapasitas petani kecil, perusahaan dapat membantu sementara pabrik kelapa sawit, dapat membantu dengan membeli dari petani kecil yang berbudidaya secara berkelanjutan, baik kredit atau fisiknya.
Untuk menjaga petani kecil agar terus mempertahankan status berkelanjutan mereka, bantuan juga diperlukan, termasuk dalam bentuk pelatihan praktek berkelanjutan, bantuan keuangan untuk mencapai atau mempertahankan sertifikasi, pembelian produksi mereka, pembayaran premium dan lainnya.
Talhah mengatakan bahwa kenyataannya adalah insentif keuangan tetap merupakan motif utama petani untuk mencari sertifikasi.
“Suka atau tidak suka, ujung ujungnya adalah uang,” ujar Talhah, sambil menghimbau kepada semua pembeli di industri ini untuk terus atau bahkan memperkuat dukungan mereka bagi petani kecil.
Pada kesempatan sama, wakil petani kecil swadaya memberikan sertifikat penghargaan kepada 14 pabrik, prosesor dan pembeli kelapa sawit atas bantuan mereka dalam membantu petani kecil mencapai dan mempertahankan sertifikasi keberlanjutan mereka. Wakil-wakil ini memberikan sertifikasi penghargaan atas nama Forum Petani Swadaya Berkelanjutan Indonesia (Fortasbi).

“Dukungan yang nyata dari perusahaan-perusahaan ini memperlihatkan bahwa mereka menghargai peran petani kecil swadaya dalam industri kelapa sawit Indonesia,” ujar H. Narno, Ketua Fortasbi, pada kesempatan tersebut.
Penerima sertifikasi tersebut adalah pembeli seperti BASF SE, Bayer AG, Felleskjopet Agri SA, Henkel, Johnson & Johnson, Loreal, PesiCo, Rewe Group dan Unilever serta pabrik dan prosesor seperti PT Bumitama Gunajaya Agro, PT inti Indosawit Subur, PT Musim Mas, PT Perkebunan Nusantara III, dan PT Sawit Sumber Mas.
Dalam siaran pers yang dibagikan setelah kesempatan tersebut, Ingrid Richardson, Senior Manager Sustainable Sourcing Unilever, mengatakan bahwa petani kecil ingin sekali terlibat dalam keberlanjutan dan memperoleh sertifikasi dan “Dengan bekerja dengan mereka, kita dapat membantu mereka mengatasi tantangan dan memperoleh akses kepada pengetahuan mengenai praktik pertanian yang baik, input bermutu serta tentang pasar.”
Oliver Tichit, Director of Sustainable Supply Chain Musim Mas, dikutip dalam siaran pers yang sama mengatakan bahwa petani kecil swadaya dipastikan akan menghasilkan lebih banyak lagi kelapa sawit di tahun tahun mendatang.
“Adalah penting bagi sektor swasta untuk bekerjasama dengan erat dengan petani kecil untuk memberdayakan mereka agar dapat berproduksi secara berkelanjutan,” ujarnya.
Konferens meja bundar tahunan RSPO ke-17 ini akan resmi dibuka para hari Selasa (5/11) dan akan diikuti setelah penutupannya para hari Rabu, dengan Rapat Umum Tahunan Anggota RSPO ke 16.