
Dalam sebuah program yang ditujukan untuk memberikan pengertian yang lebih mendalam perihal praktik budidaya yang baik, sembilan petani kecil kelapa sawit dari sejumlah daerah di Indonesia mengunjungi rekan mereka di Negeri Sembilan, Malaysia.
Kunjungan dua hari di awal Desember itu merupakan program Council of Palm Oil Producing Countries (CPOC) bersama dengan kementerian Pertanian Indonesia serta National Association of Smallholders (NASH) of Malaysia, kata sebuah rilis CPOPC yang diterima oleh The Palm Scribe.
“Saling kunjung ini merupakan sebuah cara yang efektif untuk bertukar informasi dan pengetahuan sehingga petani kecil kita diharapkan tidak saja dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan mereka, tetapi juga meningkatkan peran mereka dalam mencapai kelapa sawit berkelanjutan,” ujar Irmijati Rachmi Nurbahar, yang memimpin delegasi dari Indonesia tersebut.
Irmijati, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Kementerian Pertanian Indonesia, juga melambungkan harapannya bahwa program ini akan dapat meningkatkan kapasitas para petani kecil sawit Indonesia dan dampaknya tidak akan terbatas kepada kesejahteraan mereka saja.
Para peserta yang terdiri dari petani plasma maupun swadaya dari beberapa daerah, termasuk kabupaten Asahan di Sumatra Utara, Musi Banyuasin di Sumatra Selatan, Bungo di Jambi dan Palangkaraya di Kalimantan Tengah, menengok kantor NASH di Kuala Lumpur sebelum mengunjungi perkebunan kelapa sawit di Kampung Chuah, Negeri Sembilan, dan berdiskusi secara interaktif dengan Badan Kelapa Sawit Malaysia (MPOB).
President NASH, Presiden Haji Aliasak bin Ambia dalam sambutannya kepada para peserta mengatakan program ini akan menjadi “platform kerjasama antara petani kecil di Indonesia dan Malaysia yang sangat penting,” yang akan dapat meningkatkan kerjasama kedua negara di bidang kelapa sawit.
“Kunjungan lapangan dan ke MPOB ini memberikan kesempatan yang unik kepada para peserta untuk lebih banyak memperoleh pengetahuan mengenai tantangan-tantangan tertentu dan kesempatan untuk berbagi pengalaman dan solusi kreatif dalam mengelola perkebunan skala kecil,” rilis CPOPC itu mengatakan.
“Budidaya kelapa sawit berkelanjutan dengan teknik penanaman yang baik akan meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani,” ujar Riswanto, ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Mukti Village yang perkebunan kelapa sawitnya seluas 414 hektar di Jambi telah memperoleh sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).
Bambang Gianto dari KUD Mukti Jaya di Musi Banyuasin mengatakan ia akan berbagi apa yang dipelajarinya dalam kunjungan ini dengan anggota koperasi lainnya di daerahnya.
“Petani swadaya Malaysia menggunakan reservoir air permanen untuk mengumpulkan air hujan bagi penyemprotan hama dan tanaman liar. Beberapa bahkan menggunakan pelepah dan daun kelapa sawit untuk pakan kambing,” ujar Bambang.
Peserta lainnya, Arief Budiarto, dari Palembang di Sumatra Selatan mengatakan ingin menerapkan penggunaan daun sawit untuk pakan kambing di daerahnya.
“Ini dapat mendorong kami, petani kecil kelapa sawit, untuk menciptakan inovasi bagi kesejahteraan petani kelapa sawit. Ini juga mendorong semangat kami sebagai petani kecil kelapa sawit, untuk terus menambah pengetahuan sehingga nanti akan memberikan dampak positif terhadap kehidupan petani,” ujar Arief.
Selain belajar dari rekan mereka di Malaysia, para peserta yang datang dari berbagai daerah juga memperoleh kesempatan untuk saling bertukar pengalaman dan praktik terbaik diantara mereka sendiri.
NASH mengusulkan kunjungan balasan dari Malaysia ke Indonesia dapat diadakan tidak lama lagi, serta akan direncanakan lebih banyak inisiatif dan program terkait perbaikan kapasitas dan kesejahteraan petani kecil, termasuk mengadakan “Pertemuan Petani Kecil 2020” dengan peserta dari berbagai negara produsen kelapa sawit.
Kegiatan ini diharapkan akan dapat memperlihatkan dukungan komprehensif, perihal apa yang diperlukan oleh petani kecil, termasuk mengenai standar keberlanjutan, pertanian yang inovatif dan pintar, akses finansial dan bibit dengan produktivitas tinggi.