The Palm Scribe

Perusahaan Sawit Memimpin Dalam Pengurangan Deforestasi: Laporan

Perusahaan dalam rantai pasok sawit memimpin dalam pencapaian kemajuan mengurangi deforestasi di antara bisnis-bisnis yang menggunakan atau menghasilkan ke tujuh komoditas yang paling bertanggung jawab dalam deforestasi yang terkait dengan pertanian, demikian sebuah laporan yang diterbitkan oleh sebuah organisasi nirlaba yang menjalankan sebuah sistem pengungkapan informasi global.

Laporan dengan judul “Usaha Kolektif Menghentikan Deforestasi: Jalan bagi Perusahaan Untuk Meningkatkan Ambisi Mereka,” yang diterbitkan minggu ini oleh CDP, mencermati data yang diungkapkan oleh 553 perusahaan yang berurusan dengan ke tujuh komoditas yang paling bertanggung jawab atas deforestasi yaitu sawit, kayu, produk ternak sapi, kedelai, karet alam, kakao dan kopi. CDP menjalankan sistem pengungkapan informasi global bagi para investor, perusahaan, kota, negara bagian dan wilayah untuk mengelola dampak lingkungan mereka.

“Dibandingkan dengan semua komoditas lainnya, perusahaan yang melaporkan mengenai sawit telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam hal deforestasi,” ujar laporan CDP tersebut.

Laporan tersebut memperlihatkan bahwa hampir semua, yakni 98 persen dari 187 perusahaan yang mengungkapan data mengenai produksi maupun penggunaan minyak sawit dan tata kelola deforestasi yang terkait, telah mengambil paling tidak satu langkah yang diakui industri dalam menangani deforestasi, sementara hanya empat perusahaan yang melaporkan tidak mengambil tindakan apapun.

CDP juga mengatakan bahwa kini lebih banyak perusahaan yang memperlihatkan kemajuan dalam mengurangi deforestasi yang terkait dengan tanaman sawit, bahkan jauh lebih baik dari perusahaan di rantai pasok produk kayu. Perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan produk ternak sapi  dan rantai pasok kedelai, terus tertinggal dibelakang.

Namun, laporan tersebut juga menekankan bahwa diantara berbagai tanaman yang ada, sawit merupakan tanaman dengan laju ekspansi lahan tertinggi, ekspansi ke dalam kawasan hutan yang terbesar, serta memiliki ekspansi luas ke areal lahan gambut. Tujuh puluh persen dari ekspansi perkebunan sawit antara 2008 dan 2015 terjadi di lahan hutan sementara 18 persen terjadi di lahan gambut.

Perusahaan dalam rantai pasok sawit juga memiliki tingkat komitmen bebas deforestasi tertinggi, sebesar 20 persen, tingkat penilaian risiko komprehensif yang tertinggi, dengan 25 persen, serta 57 persen mengintegrasikan isu terkait kehutanan kedalam semua bagian dari rencana bisnis jangka panjang strategis mereka.

“Perusahaan dalam rantai nilai sawit juga memimpin dalam penetapan dan pencapaian target — memiliki proporsi terbesar perusahaan yang sudah menetapkan atau mencapai target untuk 100 persen hanya membeli komoditas yang tersertifikasi bebas deforestasi atau mampu 100 persen menelusuri asal komoditas yang dibelinya hingga paling tidak tingkat kotamadya (18 persen),” tambahnya.

Perusahaan-perusahaan yang sama juga berada jauh di depan dalam hal berinteraksi langsung dengan pemasok mereka, 25 persen diantaranya menyediakan bantuan teknis maupun keuangan bagi pemasoknya, dan 41 persen melibatkan bahkan di luar pemasok lapis ketiga mereka, melalui pemetaan rantai pasok atau pengembangan kapasitas.

Perusahaan yang melaporkan mengenai minyak sawit juga memiliki tingkat partisipasi tertinggi, yaitu lima persen,  dalam pendekatan yurisdiksional, diantara perusahaan-perusahaan yang melaporkan mengenai empat komoditas utama di belakang sebagian besar deforestasi tropis. Diantara komoditas ini, sawit menempati peringkat kedua setelah kakao.

Sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati paling produktif di antara tanaman lainnya dalam hal produksi per hektarnya, dengan saingan terbesarnya, kedelai, jauh berada di belakangnya. Minyak sawit dan turunannya memiliki beragam penggunaan, dari produk pangan dan masak, sampai produk non-pangan seperti kosmetik, atau detergen atau bahan bakar bio.

Dalam laporan tersebut CDP juga mengatakan bahwa kini jumlah perusahaan yang mulai menyadari keuntungan mengambil tindakan untuk menghentikan deforestasi semakin meningkat.

Walaupun tahun 2020 mencatat tantangan-tantangan berat, jumlah perusahaan yang mengungkapkan data melalui CDP mengenai bagaimana mereka mengelola deforestasi meningkat sebesar 27 persen dari tahun sebelumnya. Di tahun 2017, 687 perusahaan melaporkan melalui CDP mengenai langkah-langkah yang mereka ambil untuk memberantas deforestasi dalam operasi serta rantai pasok mereka.

Baca lebih banyak tulisan oleh Bhimanto Suwastoyo.
Industri perhutanan? Kunjungi The Forest Scribe.
Share This