The Palm Scribe

Perusahaan Raksasa Sawit Dituduh Melakukan Deforestasi Ilegal

Organisasi aktivis lingkungan Greepeace menuduh perusahaan sawit raksasa Wilmar Group melakukan deforestasi di Papua, Indonesia, melalui operasi Gama Group yang diduga masih terafiliasi dengannya.

Ilustrasi

“Investigasi kami mengungkap pekerjaan kotor Wilmar, selama bertahun tahun, Wilmar dan Gama telah bekerja sama dengan Gama yang melakukan pekerjaan kotornya sehingga tangan Wilmar tetap bersih,” Kepala Kampanye hutan Greenpeace untuk Indonesia Kiki Taufik, mengatakan dalam sebuah laporan yang diunggah organisasi tersebut pada laman resminya.

Greenpeace mengatakan bahwa Gama merupakan perusahaan yang dibentuk oleh pendiri Wilmar, Martua Sitorus, dan saudaranya Ganda. Selain itu Greenpeace menegaskan Manajer Perdagangan Wilmar untuk Indonesia, Darwin Indigo juga diketahui merupakan anak kandung dari Ganda, pendiri Gama Group.

Taufik menuntut Wilmar agar memberhentikan seluruh pemasoknya yang terbukti melanggar aturan.

Ia juga menegaskan bahwa dengan permasalahan ini, seluruh konsumen besar seperti P&G, Unilever, dan Nestle seharusnya memutuskan hubungan kerjasama mereka dengan Wilmar sampai solusi dan kejelasan dari isu ini ada.

“Mereka (perusahaan pengguna sawit) tidak dapat membiarkan ini dan harus memberhentikan semua kepentingan bisnis dengan Wilmar hingga terbukti mereka memperdagangkan sawit dari produsen yang bertanggung jawab,” ujar Taufik.

Sebagai anggota Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) Wilmar harus dikenai sanksi perdagangan bila memang terbukti telah melakukan pelanggaran. Greenpeace juga menuntut agar RSPO menindak tegas Wilmar terkait hal ini, namun sampai saat berita ini ditulis, RSPO belum dapat mengkonfirmasi hal ini saat dihubungi The Palm Scribe.

Sementara itu, Wilmar dalam laman resminya, menyatakan sudah memutus hubungan kerjasamanya dengan Gama, namun tidak memberikan keterangan lebih lanjut.

Wilmar Group saat ini memiliki lebih dari 300 pabrik yang tersebar di beberapa negara seperti India, Indonesia, Malaysia, China, Australia, dan Eropa. Perusahaan yang berbasis di Singapura ini diperkirakan mempunyai kurang lebih setengah juta hektar lahan yang tersebar di seluruh dunia.

Share This