The Palm Scribe

Permainan Industri Kelapa Sawit

Para peneliti kini menggunakan permainan peran (role playing) yang sederhana untuk membantu petani kecil dan pemangku kepentingan lainnya di industri kelapa sawit, untuk menuju kepada lingkungan yang lebih berkelanjutan.

 

Wilayah Proyek OPAL (photo: CIFOR)

Nur Hasanah, seorang peneliti yang sedang mempersiapkan gelar PhDnya di Swiss, mengembangkan sebuah permainan papan (board game) yang didasarkan atas bentang alam di kecamatan Tabang di Kalimantan TImur, sebagai bagian dari sebuah proyek untuk masa enam tahun yang diberi nama OPAL, (Oil Palm Adaptive Landscape.) Sebuah konsorsium beberapa lembaga internasional yang dipimpin oleh Universitas ETH Zurich di Swiss, bekerja bersama mahasiswa-mahasiswa PhD untuk mengembangkan permainan tersebut di tiga negara penghasil kelapa sawit yang penting — Indonesia, Kamerun dan Kolombia .

“Game ini kami namakan game COmMoDo (COMpanion MOdelling InDOnesia) – dinamakan demikian karena permainan ini berbasis Companion Modeling dan permainan peran atau role playing game dan juga agar berbau Indonesia,” demikian ujar Hasanah kepada The Palm Scribe dalam sebuah emailnya dari Swiss.

Dalam permainan ini, para pemainnya didorong untuk memahami bagaimana keputusan dibuat dalam lingkungan perkebunan sawit, dan apa konsekuensi keputusan yang diambil. Permainan ini juga mendorong para pemainnya untuk bekerja sama dan menghasilkan strategi yang terbaik bagi sebuah ekosistem yang berkelanjutan.

Permainan COmMoDo (Photo: CIFOR)

Siapa saja bisa ikut dalam permainan ini. “Game ini ditujukan kepada siapa saja. Memang pemain utamanya adalah masyarakat, tetapi permainan Role Playing Game ini dapat dimainkan siapa saja, misalnya perusahaan, pengambil kebijakan, dan umum.  Selain bermain dengan masyarakat di tingkat desa, pada tahap awal kami juga pernah melibatkan pengambil keputusan dari Dinas Perkebunan untuk ikut bermain dan memberikan masukan,” kata Hasanah.

Permainan ini juga diadakan dengan melibatkan multi-stakeholder di Kutai Kartanegara, dengan pemainnya antara lain tiga kepala desa, PT REA, TFT, dan juga Dinas Perkebunan Kutai Kartanegara.

“Tujuan game ini dibuat adalah untuk melihat strategi terbaik seperti apa untuk menjaga layanan ekosistem, tetapi masyarakat juga dapat memenuhi kebutuhan sehari- hari dikaitkan dengan perkembangan industri kelapa sawit,” tandasnya.

Yang dimaksudkan dengan layanan ekosistem di sini adalah semua fungsi tanah, air dan udara dan biotanya dan ini meliputi penyediaan bahan baku dan enersi yang digunakan untuk membuat barang dan jasa, penyerapan buangan dari kegiatan manusia, dan peran mendasar dalam pendukungan kehidupan dan penyediaan amenitas lainnya, seperti halnya bentang alam.

“Saya fokuskan pada ekosistem yang dimanfaatkan langsung oleh masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan sehari hari mereka yaitu ikan di sungai, daging di hutan, serta kayu di hutan. Tetapi pada saat yang sama mereka juga mendapatkan keuntungan dari perkembangan sawit yang mereka tanam,” ujar Hasanah.

Menurutnya, permainan ini menggambarkan bentang alam di Kutai Kartanegara, ada hutan, kelapa sawit, padi, dan sungai. Pada bentang alam tersebut ada masyarakat, perusahaan, dan pasar yang melakukan aktifitas dalam pemenuhan kebutuhan sehari- hari. Pada awal permainan, tiap pemain utama yang berjumlah paling tidak empat orang dan disertai oleh pengelola pasar dan pengelola perusahaan kelapa sawit, dimodali uang, tenaga kerja keluarga dan juga lahan. Seperti halnya di dunia nyata, para pemain harus membayar biaya hidup per tenaga kerja per rondenya.

Permainan ini dimainkan maksimal 10 ronde dan tiap rondenya terdiri dari lima fase, yaitu: memilih strategi, meletakkan pion (token) tenaga kerja yang dimiliki ke berbagai aktifitas seperti ke sungai untuk mendapatkan ikan, ke hutan untuk berburu atau mendapatkan kayu, atau juga land clearing dll. Ketiga adalah mengumpulkan hasil Panen. Yang kesungai, bisa ambil ikannya, dan yang ke hutan berburu bisa ambil dagingnya, yang menanam sawit jika sudah tua bisa mengambil buah sawitnya.

Keempat adalah jual beli hasil panen ke pasar, dan kelima, adalah membayar kebutuhan hidup.

Permainain ini merupakan permainan visual 3D sebagai bentuk representasi atau penyederhanaan bentang alam dan kehidupan realita, dan dilengkapi oleh hutan primer, hutan sekunder, lahan padi, lahan kelapa sawit muda (immature palm oil plantation), dan lahan kelapa sawit tua (mature palm oil plantation) serta ada 1 sungai besar. Token atau pion, melambangkan beras, ikan, buah sawit, kayu, buruh keluarga, uang, daging (hewan liar), buruh luar daerah sementara ada pion investasi yang terdiri dari rumah, motor, mobil, edukasi (sekolah), dan sarang burung walet.

Seperti halnya yang terjadi didunia nyata, para pihak yang terlibat di seputar sektor perkebunan kelapa sawit yang tengah berkembang, sering dihadapkan pada kejadian-kejadian yang tidak diduga dan datang tanpa direncakan. Dalam permainan  ini juga ada kartu risiko yang bisa muncul di ronde tertentu yang tidak diketahui pemain. Kartu risiko ini meliputi risiko buatan manusia maupun alam seperti dikarenakan berlakunya kebijakan pemerintah tentang moratorium penghentian penebangan kayu, jatuhnya harga CPO dari pasar global, kekeringan, dan banjir yang berakibat misalnya pada berkurangnya ikan di sungai yang bisa mereka peroleh.

Menurut Hasanah, dampak yang paling penting dari permainan ini adalah pemain dapat memahami bersama dan menyamakan persepsi (mutual understanding) mengenai sistem yang ada di landscape, tidak hanya melihat secara individu, tetapi pemahaman sistem landscape secara integratif.  Setelah bermain, diharapkan ada skenario yang dibangun, aksi kolektif untuk membangun landscape indsutri kelapa sawit yang lebih berkelanjutan.

Selain berfungsi untuk alat pengumpul data, game ini juga berperan di dalam memfasilitasi dialog antar pihak atas isu tertentu. Dampak yang kemudian diharapkan akan muncul adalah kesepakatan untuk melakukan aksi bersama pada tingkat yang lebih tinggi (tidak hanya di tingkat desa atau masyarakat) dan lebih luas (mempengaruhi proses penyusunan kebijakan, masukan untuk perbaikan kebijakan yang ada).

Hasanah mengatakan bahwa walaupun permainan ini sudah mencapai tingkat yang stabil, namun umpan balik tetap dicari ketika permainan diadakan maupun melalui debriefing yang dilakukan setelah permainan.

 

Share This