
Cangkang sawit yang pada umumnya hanya menjadi limbah padat dari produksi minyak sawit mentah (CPO), kini dapat dijadikan bahan baku pembuatan zat warna alami yang dapat digunakan pada proses pembuatan kain batik karena ia mengandung pigmen karotenoid yang membentuk warna jingga.
”Penggunaan cangkang sawit sebagai pewarna alami batik pada kain berbahan katun dan sutera dapat menghasilkan zat warna yang berkualitas dan tahan luntur terhadap pencucian dan gosokan,” ungkap Pujilestari dari Balai Besar Kerajinan dan Batik dalam laporan penelitian mengenai hal ini yang dilakukannya tahun 2016.
Bahkan, dibandingkan dengan kulit kakao, pewarnaan dengan menggunakan cangkang sawit lebih unggul dikarenakan nilai ketahanannya terhadap luntur pada pencucian dan gosokan lebih tinggi.
Selain cangkang yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami pada kain batik, kelapa sawit juga dapat menjadi bahan pengganti parafin dalam pembuatan “malam”. Malam, yang merupakan perintang warna pada pembuatan batik, biasanya terbuat dari parafin yang berasal dari minyak fosil.
“Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah menemukan teknologi yang bisa mengubah senyawa buah dari pohon kelapa sawit untuk diolah sebagai lilin malam, menggantikan bahan baku dari minyak bumi. Minyak kelapa sawit ini dinamakan Bio Parafin Wax,” tulis BPPT di laman resmi mereka.
Stearin, pemisahan fraksi minyak sawit menjadi bentuk padat dapat dimanfaatkan menjadi bio-parafin atau substitusi parafin dari minyak fosil. Stearin masih harus melalui tahapan proses modifikasi struktur molekul untuk dapat sesuai dengan komponen – komponen penyusun formula lainnya, namun hal ini akan membuat formula “Malam” batik yang sempurna.
Selain lebih ramah lingkungan, penggunaan bio-parafin sawit juga dapat menghasilkan “Malam” bermutu tinggi dan mampu menjadi perintang warna yang lebih tajam dan cerah, juga tahan terhadap larutan alkali dan asam.
Kedua penggunaan produk sawit pada industri batik nasional dalam bentuk zat pewarna maupun bio-parafin adalah opsi lain dalam penanggulangan limbah cangkang sawit. Pada umumnya, limbah padat dari produksi minyak sawit tersebut dijadikan bahan bakar boiler dan diekspor sebagai biomassa ke Jepang dan Thailand, bahkan terkadang limbah tersebut hanya dibuang.