Ilmuwan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) sedang mengembangkan versi baru dari teknologi berbasis satelit untuk membantu produsen kelapa sawit memupuk tanaman mereka dengan kadar dan jenis pupuk yang tepat dan dengan demikian menghasilkan penghematan di sebuah faktor biaya penting dalam pemeliharaan perkebunan kelapa sawit.
Tim ilmuwan dari berbagai disiplin ini, bekerja sama dengan PT Pupuk Kalimantan Timur, sedang berusaha memperbaiki kelemahan dalam sistem pencitraan jarak jauh yang dinamakan Precision Agriculture Platform for Oil Palm (Precipalm) Sistem ini mengandalkan penginderaan satelit untuk memberikan informasi yang tepat mengenai kondisi nutrien dalam tanah dalam sebuah perkebunan kelapa sawit, demikian salah satu anggota team, Kudang Boro Seminar mengatakan pada hari Kamis (9/7).
Kudang, yang juga merupakan Dekan Fakultas Teknik Pertanian IPB, mengatakan bahwa penelitian telah menemukan bahwa daun kelapa sawit merupakan indikator terbaik untuk mengetahui keadaan nutrien dalam tanah disekitar pohon
Precipalm mengembangkan model yang memungkinkan penerjemahan citra satelit dedaunan di sebuah perkebunan sawit hingga dapat menunjukkan kekurangan atau kelebihan nutrien-nutrien tertentu di sebuah perkebunan sehingga membantu menentukan jenis dan dosis pupuk yang tepat bagi berbagai areal dalam suatu perkebunan. Pada saat ini Precipalm berkutat dengan nutrien utama seperti Nitrogen, Fosfor dan Potasium serta magnesium dan juga beberapa nutrient sekunder lainnya,.
“Satelit kelemahannya adalah halangan awan dan asap serta cahaya gelap,” ujar Kudang dengan menambahkan bahwa halangan tersebut menyulitkan perolehan gambaran real time karena citra satelit menjadi tak jelas bila terhalang. “Jadi kita sedang mengembangkan versi Precipalm versi Radar yang tak terhalang cahaya, awan dan asap, tertutup awan, asap atau karena cahaya gelap.”
Aplikasi Precipalm ini didukung oleh data citra Sentinel 2 — 2A dan 2B – yang dirilis European Space Agency (ESA). Satelit ini dapat menangkap citra dengan tingkat resolusi 10 kali 10 meter dengan menggunakan sensor di 12 band.
Kudang mengatakan dalam sebuah webinar mengenai sistem teknologi dan informatik dalam pertanian yang diadakan oleh Departemen Teknik Mesin dan Biosistem IPB, bahwa kombinasi penggunaan radar dan pencitraan satelit akan dapat mengatasi kelemahan yang disebabkan halangan visual karena pencitraan radar tidak terpengaruh oleh hal-hal ini.
“Kita sudah punya backup system. Kalau kita tidak bisa melihat dengan menggunakan satelit, kita dapat menggunakan radar,” ujar Kudang dengan menambahkan bahwa radar akan digunakan oleh satelit Sentinel 1 dari program antariksa ESA yang sama sementara satelit Sentinel 2 tetap menghasilkan citra satelit seperti biasa.
Keduanya menggunakan sistem yang berbeda, tambahnya. Sementara pencitraan satelit menggunakan sinar untuk menghasilkan citra dengan transmisi data melalui jalur bandwith, radar mengirimkan gelombang elektromagnetik untuk menghasilkan citra spektral yang mengandung informasi dari spektrum elektromagnetik.
Dengan sistem konvensional, produsen harus mengambil contoh daun dan tanah secara fisik dan menganalisanya di laboratorium untuk memperoleh rekomendasi pemupukan. Tetapi proses ini lama dan biayanya besar. Ketepatan dan keandalan hasil dari tiap laboratorium juga sering berbeda.
Precipalm memungkinkan pengukuran kandungan nutrien dan rekomendasi pemupukan yang relatif cepat dan real time yang juga transparan dan dapat dilakukan kapanpun, sesuai dengan kebutuhan pengguna, tanpa harus terlebih dahulu mengumpulkan contoh daun dan tanah sehingga menghemat waktu dan biaya.
Kudang mengatakan bahwa teknologi ini masih berada pada tahap penelitian dan komersialisasi baru akan benar benar dimulai setelah selesainya uji komparatif. Dalam uji komparatif tersebut dua demo plot, satu dengan pemupukan sesuai rekomendasi Precipalm dan satu sesuai dengan rekomendasi Pusat Penelitian Kelapa Sawit, dimonitor selama dua tahun dan hasilnya kemudian diperbandingkan, terutama dalam hal jumlah pupuk yang digunakan dan produktivitas tanaman.
Penghematan yang diperoleh dengan optimalisasi pemupukan cukup penting mengingat pemupukan memakan sekitar 40 sampai 60 persen dari biaya pemeliharaan sebuah perkebunan kelapa sawit.
Tingkat akurasi aplikasi ini kini berada diatas 91 persen untuk estimasi kandungan nitrogen sementara untuk potasium dan fosfor angkanya di atas 82 persen. Untuk magnesium, yang belum lama mulai dimonitor, tingkat akurasinya sekitar 71 persen.
Namun kadang juga mengingatkan bahwa betapa baiknya sebuah sistem rekomendasi pemupukan, penerapannya di lapangan juga sama pentingnya. Diperlukan tenaga yang mampu memberikan pemupukan dengan jenis dan dosis yang tepat pada waktu yang tepat agar sistem ini dapat efektif.
Pada saat ini Precipalm merupakan perangkat lunak milik perorangan (proprietary software) dan tim tidak menjualnya sebagai aplikasi tetapi menyediakan jasa dengan menggunakan perangkat lunak tersebut bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit yang membutuhkannya.