Indonesia sering dihantui oleh kebakaran hutan dan tanah tahunan, yang sebagian besar terjadi di lahan gambut yang sulit dipadamkan. Kabar baiknya, tim peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) mungkin telah menemukan solusi yang akan memungkinkan memerangi kebakaran gambut dengan lebih cepat melalui cara yang lebih efektif, sekaligus meningkatkan permintaan minyak kelapa sawit domestik seperti yang ingin dilakukan oleh pemerintah.
Sebuah tim peneliti IPB yang dikepalai oleh Mira Rivai telah merumuskan agen berbusa yang dapat mengurangi konsumsi air dan waktu dalam memadamkan api di lahan gambut. Lahan gambut, ketika sangat kering akan mudah terbakar, dan sekali terbakar, diketahui sangat sulit untuk dipadamkan karena lapisan gambut di bagian bawah tanah bisa tetap membara dalam waktu yang lama, bahkan kadang menyebabkan kebakaran baru di permukaan.
Mira mengatakan bahwa agen berbusa diproduksi menggunakan asam lemak dari minyak kelapa sawit, yang dimasukkan melalui proses saponifikasi untuk menghasilkan garam asam lemak yang disebut “sabun”. Sabun ini kemudian dicampur dengan bahan lain dalam tangki homogenisasi untuk membentuk larutan dasar untuk agen berbusa.
“Saat ini, kami telah menguji solusi tiga persen, yang berarti agen berbusa tiga persen dan dicampurkan air 97 persen. Tes sejauh ini menghasilkan hasil yang baik,” kata Mira kepada The Palm Scribe dalam sebuah wawancara di kantornya di Bogor.
Dia mengatakan bahwa di sejumlah uji skala laboratorium, termasuk pada plot 12 kali 12 sentimeter dan kemudian satu demi satu meter, yang sudah dipraktikkan dalam kebakaran lahan gambut di provinsi Riau awal tahun ini, telah membuktikan bahwa agen berbusa itu mampu untuk menghasilkan penghematan drastis dalam penggunaan air yang dibutuhkan untuk memadamkan api sekaligus menghemat waktu yang dibutuhkan.
Setelah kebakaran, karakteristik lahan gambut berubah dari yang sebelumnya hidrofilik menjadi hidrofobik, artinya berubah dari penyerapan air menjadi penolakan air. Agen berbusa dari minyak kelapa sawit membantu mengembalikan karakteristik sebelumnya.
Sifat hidrofobik dari lahan gambut yang terbakar adalah alasan mengapa untuk memadamkan api di sana, tanah harus basah total dalam kubangan air, walaupun kebakaran kadang masih dapat muncul kembali karena api tetap berada di bawah permukaan. Dalam 15 menit, suhu tanah telah diturunkan menjadi sekitar 65 derajat Celcius dari sebelumnya sekitar 300 derajat, kata Mira. Keesokan paginya, suhu tanah di mana agen digunakan di bawah 50 derajat, yang berarti bahwa tidak ada lagi api yang membara di bawahnya. Sebagai perbandingan, daerah di dekatnya yang telah disiram air secara ekstensif ternyata masih menyala.
Keuntungan lain dari agen berbusa adalah dapat larut dalam air jenis apa saja, termasuk air rawa gambut yang keruh, sehingga air tidak perlu disaring, kata Mira.
Dalam pengujian pada plot satu per satu meter di laboratorium, Mira mengatakan bahwa “Ketika tidak ada agen pembusa yang digunakan, air yang dibutuhkan dapat mencapai hingga empat kali lebih banyak daripada saat menggunakan agen pembusa.” Pengujian laboratorium lebih lanjut pada plot yang lebih besar dari sepuluh kali sepuluh meter, direncanakan untuk setelah dilakukan saat musim hujan, yaitu sekitar Januari dan Februari, katanya. Tim juga ingin melihat apakah itu bisa mengurangi solusi di bawah tiga persen sambil tetap mempertahankan efektivitas agen berbusa.
Mira mengatakan bahwa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan agen berbusa “Tidak menunjukkan dapat merusak lingkungan, karena bahan kimia yang kami gunakan dalam formula tersebut semuanya adalah bahan kimia yang ramah lingkungan”.
Mira mengatakan bahwa produksi agen berbusa dari minyak sawit hanya membutuhkan dua reaktor, satu untuk saponifikasi dan satu lagi untuk homogenisasi yang bukan investasi mahal sehingga fasilitas produksi dapat didirikan di mana saja. Sejumlah perusahaan telah menyatakan minatnya untuk memproduksi agen tetapi belum ada kesepakatan yang pasti, katanya.
Penelitian tersebut dipicu oleh seruan untuk lebih banyak menggunakan kelapa sawit, yang diluncurkan oleh Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). “Tim kami mengajukan proposal untuk agen berbusa dari minyak sawit dan itu diterima,” ujarnya, sambil menambahkan bahwa IPB saat ini sedang bekerja untuk mematenkan agen berbusa.
Sejak tahun ini tim juga telah bekerja pada pemadam api ringan, menggunakan prinsip yang sama yaitu asam lemak dari minyak kelapa sawit tetapi dicampur dengan bahan-bahan lainnya. “Tapi ini masih perlu pengujian lebih lanjut,” tambahnya.