The Palm Scribe

Pendidikan Dini untuk Pemberdayaan Masyarakat Papua

Menjawab tantangan masih minimnya akses pendidikan di Papua, sebuah perusahaan perkebuan besar yang beroperasi disana memilih untuk mengembangkan pendidikan dini melalui Early Childhood Care and Development Resource Center (ECCDRC).

anak – anak usia dini bercengkrama di depan kantor dinas pemerintah wilayah Kais, Papua Barat.

Bagi Nindyah Rengganis, Project Manager ECCDRC, mengatakan bahwa di Papua ini permasalahan mendasarnya adalah minimnya akses pendidikan.

“Kita tahu sendiri permasalahan mendasar disini adalah akses pendidikan, sekolahnya sudah ada tapi kelengkapan di dalamnya yang belum ada,” ujar Rengganis  kepada The Palm Scribe sembari menjelaskan bahwa pada dasarnya orang tua di Papua peduli terhadap kepada pendidikan anaknya namun terkendala fasilitas yang ada.

Mengingat masih banyaknya permasalahan di bidang pendidikan yang masih belum tertangani pemerintah, pihak swastapun banyak aktif dalam mencoba meringankan beban pemerintah tersebut. Salah satunya adalah PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ) yang bergerak di bidang agrikultur  di Papua Barat dan mendukung program PAUD oleh ECCDRC.

“Kami mendampingi di 5 titik, pertama di pemukiman karyawan perusahaan, lalu di desa Benawa, Sumano, Kuragi, dan Tawan Giri, apabila ditotal ada 250 – 300 anak usia dini,” ujar Rengganis yang juga berharap anak yang mengikuti program pendidikan dini sudah siap untuk menempuh pendidikan lanjut pada tingkat sekolah dasar.

Ia juga menjelaskan program yang dilakukan ECCDRC mendorong keluarga di Papua Barat untuk menjalankan aktivitas mendidik pada rumah masing masing.

“Pada level keluarga, kita dorong home base parenting, karena rumah adalah sumber pembelajaran yang lengkap dan efektif menggunakan alat yang ada untuk belajar berhitung maupun lainnya,” ujarnya yang juga berbicara tentang rencana kedepan PAUD untuk terintegrasi dengan Dinas Pendidikan Kota Sorong Selatan.

Rengganis mengatakan bahwa dengan masuknya ANJ ke Papua Barat, sudah cukup banyak terjadi perubahan sosial, seperti perubahan mata pencaharian utrama dari semula berburu menjadi pekerja, serta kemudahan kemudahan yang tersedia dengan dibangunnya infrastruktur di daerah.

“Masuknya ANJ disini berdampak besar, dulu orang berjalan dari satu tempat ke tempat lain bisa satu hari penuh, sekarang hanya 30 menit,” ujar nya. “Tentunya ini adalah jawaban dari harapan mereka, sekarang saatnya perusahaan harus ‘menanam manusia’, maksudnya adalah dengan memberikan pendidikan yang layak dan mendatangkan guru,” tambahnya.

Hadirnya perusahaan ANJ tidak hanya membantu perkembangan pendidikan masyarakat sekitar namun juga meningkatkan pemahaman masyarakat sekitar dalam hal bercocok tanam. Hal ini diakui oleh Hariyadi, dosen dari Institut Pertanian Bogor yang juga sekaligus bagian dari Lembaga Swadaya Masyarakat Paramitra.

“Mereka ini perlu diberdayakan, awalnya mereka ini kan peramu dan berburu jadi kebiasaan mereka bukan bertani. Nah, ANJ ini punya program masyarakat untuk bercocok tanam,” ujar Hariyadi kepada The Palm Scribe.

Ia  menjelaskan bahwa kendala yang masih ada adalah bahwa masyarakat setempat  di Papua Barat belum terbiasa dengan bercocok tanam sehingga membutuhkan pendampingan intensif dari semua pihak.

Hariyadi melihat program bercocok tanam ini adalah sebuah langkah besar bagi masyarakat sekitar sebab bisa memberikan dampak ekonomi yang menguntungkan satu sama lain.

“Masyarakat disini menjadi mandiri dan kedepannya mereka pasti bisa men-supply sayuran kepada perusahaan, jadi ada semacam take and give,” ujarnya.

Share This