Berkat teknologi yang dikembangkan oleh ilmuwan Indonesia di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan berbasis data dari pencitraan jarak jauh satelit, produsen kelapa sawit kini dapat dengan mudah memberikan pemupukan yang tepat bagi pertumbuhan optimal tanaman kelapa sawit mereka dan dengan demikian menghemat waktu dan biaya.
Sistim yang dinamakan Precision Agriculture Platform for Oil Palm atau Precipalm ini dibangun oleh tim ilmuwan Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB iniberkolaborasi dengan Pupuk Kalimantan Timur (PKT), dan mampu memberikan informasi akurat mengenai sebaran kandungan nutrisi di suatu lahan kelapa sawit. Berdasarkan informasi keragaman kandungan nutrisi tersebut, dapat ditentukan seberapa banyak dan jenis pemupukan yang diperlukan, yang pada saat ini masih terbatas pada pupuk dengan unsur Nitrogen, Fosfor, Potassium dan Magnesium.
Sistim berupa perangkat lunak ini, didukung oleh data pencitraan satelit Sentinel 2 yang dirilis oleh European Space Agency (ESA). Satelit ini menangkap data citra menggunakan sensor penginderaan yang memiliki 12 band (panjang gelombang) dengan resolusi 10 m x 10 m. Data citra dari satelit ini digunakan untuk menduga kandungan nutrisi di suatu lahan kelapa sawit untuk menghasilkan rekomendasi pupuk tepat guna.
Rekomendasi ini mencakup unsur apa saja yang diperlukan dan dengan dosis berapa agar tanaman dapat tumbuh secara optimal di areal yang dipindai. Jadi rekomendasi formulasi dosis pupuk in mempertimbangkan karakteristik setempat dalam sebuah perkebunan dan karenanya, bagi perkebunan luas, rekomendasi ini bisa bervariasi bergantung pada keragaman kandungan nutrisi yang ada.
“Kami menggunakan perkembangan dalam teknologi informasi yang didasarkan pada pengindraan jarak jauh,” demikian Kudang Boro Seminar, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian IPB, salah seorang tokoh penting dibalik Precipalm ini.
Berbicara kepada The Palm Scribe dalam wawancara baru baru ini, Kudang mengatakan bahwa bila menggunakan sistim konvensional, berbagai sampel seperti tanah dan daun perlu diambil untuk dibawa ke laboratorium untuk dianalisa dalam rangka menghasilkan rekomendasi pemupukan. Proses ini memakan waktu (tergantung jarak ke laboratorium dan antrian yang ada) dan biaya yang cukup mahal untuk analisis per sampelnya. Variasi ketelitian dan keandalan antara laboratorium juga menjadi hal yang penting dipertimbangankan dalam pengujian sampel.
Precipalm memberikan alternatif solusi pengukuran nutrisi dan rekomendasi pupuk yang relatif cepat (real-time), transparan dan dapat dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan pengguna tanpa diperlukan sampel sehingga menghemat perkerjaan operasional mengambil, mengepak sampel dan mengirim sampel ke laboratorium tujuan
Perangkat lunak Precipalm ini dikembangkan dengan bekerja sama dengan perusahaan pupuk negara Pupuk Kaltim, penghasil pupuk urea terbesar di Indonesia yang juga memproduksi beberapa jenis pupuk lainnya seperti pupuk amoniak dan NPK. PT Pupuk Kaltim kini sudah mampu menawarkan pupuk yang dicampur sesuai kebutuhan spesifik (customized) sesuai hasil rekomendasi jenis dan dosis pupuk dari Precipalm dan juga kebutuhan spesifik pengguna pupuknya (perkebunan)
Kudang mengatakan bahwa teknologi ini sebenarnya masih pada tahap penelitian dan komersialisasi baru akan dimulai setelah selesainya masa uji yang kini sedang dilaksanakan oleh tiga perusahaan perkebunan negara, yaitu di PTPN 7 Lampung, PTPN 2 Medan dan PTPN 5 Riau.
Uji coba ini menggunakan Demo plot (demplot), atau lahan demonstrasi, dengan dua lahan yang berbeda, yang satu dipupuk dengan rekomendasi Precipalm dan satulagi dipupuk sesuai rekomendasi yang biasa digunakan di PTPN tersebut. Sistim ini memungkinkan pembandingan yang dapat memperlihatkan keuntungan menggunakan Precipalm pada aspek penghematan kebutuhan pupuk dan juga produktivitas.
“Sampai saat ini, apa yang diperlihatkan oleh demo plot ini adalah bahwa Precipalm memberikan rekomendasi lebih hemat sekitar 7-15% dari rekomendasi di masing masing PTPN. Jadi, kalaupun produktivitas sama, kita sudah untung. Apalagi nanti, kalau ternyata ditemukan bahwa produktivitas bisa lebih tinggi,” ujarnya. Penghematan tersebut cukup berarti bila dicermati bahwa biaya pupuk biasanya dapat mencapai 40 sampai 60 persen biaya operasional produksi kelapa sawit.
“Sistim ini juga memungkinkan transparansi pemupukan karena sebaran kandungan nutrisi dapat ditampilkan, dan progres dari pemupukan dapat dimonitor kapan saja tanpa harus uji lab.,” katanya, dengan menambahkan bahwa dengan sistim ini bisa diketahui apakan pemupukan dilakukan dengan benar, atas semua tanaman. Precipalm, menurutnya, memungkinkan monitoring setiap saat dan dengan cepat memperlihatkan apakah perbaikan atau peningkatan telah dicapai atau masih diperlukan.
Tingkat akurasinya, untuk komputasi pendugaan kandungan N mencapai 91 persen, dan untuk unsur P dan K sudah diatas 82% kata Kudang. Sementara itu, untuk komputasi pendugaan unsur Mg masih 71%, ujarnya dengan menambahkan bahwa. sistem akan terus disempurnakan untuk meningkatkan ketelitian, dengan kolaborasi berbagai pihak seperti PTPN 3, 5, 6, 7, Bima Palma serta PKT Bontang.
“Menurut kami, ini teknologi pertama seperti ini di dunia, dan kami akan terus berusaha memperbaiki teknologi ini,” ujarnya.
Perbaikan termasuk penggunaan drone untuk mengimbangi masalah penginderaan satelit ketika ada awan tebal, yang membuat gambar satelit kurang jelas. Juga pembuatan mesin pencampur elemen pupuk yang bisa diatur menuruti rekomendasi Precipalm. Hal ini penting karena pemupukan efektif akan sangat bergantung kepada aplikannya yang biasanya umumnya memiliki tingkat pendidikan tingkat pendidikan terbatas dan sering tidak melakukan pemupukan yang tepat dan menyeluruh, apalagi pada areal lahan yang luas.
Sebuah perkembangan lain yang sedang diusahakan adalah membuat sistim yang sama bagi perkebunan kelapa sawit di tanah gambut. Sistim yang ada hanya bagi kelapa sawit yang ditanam di tanah mineral.
“Yang jelas, teknologi ini praktis, efektif dan transparan, dapat di monitor kapanpun,” serunya.