Tidak ada keberlanjutan tanpa ketertelusuran. Mantra ini diulang berkali-kali oleh hampir semua pemangku kepentingan di industri kelapa sawit, sampai-sampai membuat yang mendengar hampir jemu.
Karena telah menjadi sebuah prasyarat utama menuju keberlanjutan, banyak cara dilakukan untuk memastikan ketertelusuran di seluruh rantai pasokan industri minyak sawit.
Salah satu aktor dalam usaha ketertelusuran di sawit adalah perusahaan agri-tech yang membantu perusahaan sawit dalam mencapai tujuan mereka untuk berkelanjutan. Didirikan pada tahun 2013, Koltiva sekarang melayani beberapa perusahaan kelapa sawit dan telah melakukan digitalisasi lebih dari 24.000 profil petani kelapa sawit (beserta keluarganya) sekaligus mempelopori 100 persen ketertelusuran mulai dari perkebunan, agen, serta pabrik yang berpartisipasi.
The Palm Scribe mewawancarai CEO Koltiva, Manfred Borer untuk melihat apa ide dan visi dibalik perusahaan “ekosistem perangkat lunak” ini.
“Tidak ada keberlanjutan tanpa ketertelusuran. Itu sebabnya, mendapatkan agen dan perantara yang sanggup berkolaborasi secara transparan sama sulitnya dengan meyakinkan perusahaan yang berprosuksi menggunakan minyak kelapa sawit untuk mau berbagi biaya dalam jangka panjang pada skala besar,” kata Manfred Borer kepada The Palm Scribe.
Sebuah poin yang penting dan menarik. Berikut wawancara kami selengkapnya dengan Manfred Borer:

Bagaimana perusahaan Anda membantu mengubah bisnis di industri kelapa sawit?
Pada akhir 2017, Koltiva mengembangkan sebuah ekosistem perangkat lunak PalmOilTrace dengan aplikasi seluler dan web untuk mendigitalkan profil petani kecil dan memetakan perkebunan kelapa sawit mereka. Memetakan perkebunan petani kecil dan mengidentifikasi keluarga petani yang mengelolanya, adalah titik awal utama untuk industri minyak kelapa sawit yang dapat ditelusuri dan berkelanjutan.
Bekerja dengan para pemain utama industri sawit, Koltiva telah memetakan lebih dari 39.000 hektar perkebunan kelapa sawit dan mengujicoba penelusuran 100 persen, mulai dari perkebunan ke agen dan pabrik yang berpartisipasi. Sebagai aplikasi layanan, perangkat lunak Koltiva dikombinasikan dengan agen lapangan sehingga mampu menghubungkan petani kecil dengan rantai pasokan yang bersifat transformatif, sehingga tercapai ketertelusuran yang pada akhirnya menjadi berkelanjutan.
Memberikan manfaat tambahan pada seluruh aktor yang berpartisipasi adalah kunci untuk mencapai sebuah rantai pasokan yang inklusif. Setiap aktor, mulai dari petani hingga pabrik harus merasa diuntungkan sehingga tercipta nilai tambah. Mengubah rantai pasokan berbasis volume dalam rantai nilai, serta menjaga layanan dan kualitas adalah bagian paling menantang dari proyek keberlanjutan yang kami kerjakan.
Tidak ada keberlanjutan tanpa ketertelusuran. Itu sebabnya, mendapatkan agen dan perantara yang sanggup berkolaborasi secara transparan sama sulitnya dengan meyakinkan perusahaan yang berprosuksi menggunakan minyak kelapa sawit untuk mau berbagi biaya dalam jangka panjang pada skala besar dan bukan hanya proyek percontohan yang menghasilkan keberhasilan dalam skala kecil.
Anda sebelumnya mengerjakan hal serupa di komoditas Kakao, dan itu dianggap cukup berhasil. Bagaimana kedua komoditas ini berbeda di lapangan?
Secara pribadi, saya bekerja lebih dari 10 tahun di komoditas kakao dan membangun “jaringan berkelanjutan” untuk meningkatkan ekosistem CocoaTrace di seluruh Indonesia dan negara-negara penghasil kakao lainnya. Di kakao, semua biaya keberlanjutan dan ketertelusuran yang diproduksi secara berkelanjutan ditanggung oleh pembeli kakao, dimana setiap aktor dalam rantai nilai tersebut; mulai dari petani hingga industri pengolahan, dibayar sesuai dengan upaya tambahan yang dilakukan.
Di kelapa sawit, sayangnya hal ini belum terjadi dalam skala besar. Ada beberapa upaya dari perusahaan dan donor yang didorong untuk membangun rantai pasokan bersertifikat, tetapi pembayaran premium mencakup biaya tambahan untuk perusahaan, petani, dan penyedia layanan belum menjadi bagian dari perusahaan.
Manfred Borer lahir pada 1974 di Swiss. Dia lulus sebagai Business Process Manager dengan gelar Insinyur dari Northwest Swiss University of Applied Sciences, jurusan Manajemen Tanaman untuk kemudian memulai karirnya pada tahun 1994 sebagai pemilik dan manajer sebuah perusahaan konstruksi di daerah asalnya.
Pada tahun 2005, Borer bergabung dengan Swisscontact, Yayasan Swiss untuk Kerja Sama Teknis di Albania, tiga negara Afrika Barat, dan Indonesia sebagai Direktur Program dan Direktur Indonesia. Pada 2017, ia bergabung dengan PT Koltiva di Indonesia dan mendirikan Koltiva AG di Swiss. Ia memimpin pengembangan bisnis dan perluasan produk dan layanan global di kedua perusahaan tersebut.
Menurut Anda bagaimana Koltiva dapat membantu mengatasi masalah-masalah penting dalam industri kelapa sawit, semisal penggundulan hutan, dan sebagainya?
Koltiva dengan perangkat lunak ekosistemnya menghubungkan banyak aplikasi seluler dan web. Dikombinasikan dengan pengalaman dan rekam jejak dalam mengelola ratusan agen di lapangan, kami bekerja pada masalah inti rantai pasokan berkelanjutan, serta mendukung petani untuk mendirikan perusahaan pertanian yang menguntungkan, beroperasi pada skala besar dan tanpa eksploitasi sosial dan lingkungan.
Namun demikian, saya pikir tidak ada teknologi dan kecerdasan buatan yang dapat menggantikan interaksi antar manusia yang diperlukan untuk mengintegrasikan petani dalam rantai nilai yang berkelanjutan. Teknologi kami berkembang sebagaimana kami sebagai perusahaan, berinovasi terus-menerus pada aplikasi dan layanan agribisnis kami dari para ahli agronomi.
Kemampuan untuk menjangkau semua petani kelapa sawit adalah kunci. Kemampuan menyediakan akses ke pasar premium untuk minyak sawit yang diproduksi secara berkelanjutan, memverifikasi sumbernya telah memenuhi syarat, sehingga pada akhirnya akan menghentikan deforestasi yang disebabkan oleh ekspansi kelapa sawit.
Bagaimana perusahaan ini secara langsung mempengaruhi petani kecil?
Layanan kami dibayar oleh perusahaan yang bersumber dari petani. Staf kami berhubungan langsung dengan petani, menggunakan teknologi terbaru dan pengetahuan untuk mendukung petani dalam proses pengambilan keputusan mereka untuk menjadi perusahaan pertanian yang berkelanjutan dan menguntungkan.
Koltiva menerapkan pembelajaran dari Kakao tidak hanya untuk Kelapa Sawit, tetapi juga untuk sektor karet, rumput laut dan bahan-bahan alami lainnya untuk klien multinasional yang peduli pada keberlanjutan dan transparansi rantai pasokan.
Saat ini, kami mengelola lebih dari 215.000 data petani kecil independen untuk klien kami untuk membangun layanan yang lebih baik dan memungkinkan sertifikasi pertanian dan penelusuran.
Apa yang telah Anda pelajari sejauh ini, dan apa yang Anda harapkan dalam lima tahun ke depan?
Kami belajar bahwa industri minyak kelapa sawit secara pasti tahu apa yang menjadi pertaruhan. Namun karena banyaknya peluang bagi petani dan agen untuk bisa langsung menjual kepada pembeli yang tidak berkomitmen, menimbulkan risiko dalam usaha-usaha ketertelusuran dan keberlanjutan.
Inisiatif skala besar diperlukan untuk memetakan lanskap petani kecil terhadap peta penggunaan lahan yang disetujui pemerintah, juga agen pendukung dan pengumpul tandan buah segar (TBS), sehingga didapat sumber dari perkebunan yang berkelanjutan dan terverifikasi.
Dengan ratusan agen lapangan terlatih dan pabrik yang memiliki komitmen, saya yakin bahwa minyak kelapa sawit Indonesia dapat menjadi kisah sukses; bertransformasi dari strategi ekspansi yang kurang teratur menjadi strategi intensifikasi yang digerakkan oleh rantai nilai premium, menguntungkan mulai dari petani kecil sampai konsumen akhir.
“Apakah ada perusahaan lain yang menawarkan layanan yang mirip dengan Koltiva di Indonesia? Apa keunggulan Anda dibandingkan dengan perusahaan tersebut?”
Sektor pertanian menarik banyak perusahaan perangkat lunak, baik yang masih baru maupun yang sudah mapan, dalam skala global, tidak hanya di Indonesia. Ada beberapa perusahaan dengan aplikasi perangkat lunak canggih untuk memetakan dan melacak minyak kelapa sawit, tetapi tidak ada yang memiliki kapasitas di lapangan dan pengalaman lokal seperti Koltiva.
PalmOilTrace diadopsi dari sistem yang sudah ada seperti CocoaTrace, bersama dengan industri dan petani kecil, untuk menyediakan paket perangkat lunak paling canggih ke seluruh rantai pasokan.