Produsen makanan ringan raksasa Mondelez International, Inc. mengatakan bahwa mulai tahun depan, perusahaan akan mensyaratkan ketertelusuran yang lebih baik bagi pasokan minyak kelapa sawitnya di seluruh mata rantai pasoknya untuk membantu mentransformasikan industri kelapa sawit serta mendukung nol-deforestasi.
“Kami bangga dengan kemajuan kuat yang kami alami dan mulai Q1 2021, kami mengharapkan bahwa 80 persen dari minyak sawit kami akan memenuhi ekspektasi ketertelusuran serta monitoring hutan yang lebih baik,” perusahaan mengatakan pada laman resminya dengan menambahkan bahwa modifikasi terakhir kebijakan mengenai kelapa sawitnya diluncurkan awal bulan ini.
Mondelez International, yang dikenal dengan produk dengan citra lokal maupun global seperti OREO, belVita, Cadbury Dairy Milk, Milka dan coklat Toblerone, mengatakan bahwa ia tetap terus merintis kemitraan dan aksi dengan pemasoknya untuk memastikan bahwa mereka juga tidak saja memiliki kebijakan yang sama tetapi juga secara aktif mendukung komitmen perusahan dan juga komitmen yang lebih luas “Untuk mewujudkan masa depan hutan yang positif dimana minyak sawit diperoleh secara keberlanjutan sepanjang seluruh sektor ini.”
“Kami memiliki kesempatan unik untuk membantu mewujudkan masa depan dimana praktek keberlanjutan menjadi universal di seluruh sektor minyak kelapa sawit,” demikian Chief Procurement Officer Mondelez International, Quentin Roach mengatakan dalam sebuah pernyataan tertulis perusahaan yang mencantumkan kebijakan sawit baru ini.
Persyaratan baru itu termasuk ketertelusuran sampai perkebunan dan monitoring satelit yang mencakup semua konsesi sawit, dan pabrik sawit pemasok yang kemudian diperbandingkan dengan kriteria deforestasi yang tercantum dalam Rencana Aksi Kelapa Sawit perusahaan.
Perusahaan juga mengatakan bahwa semua pabrik kelapa sawit pemasok harus teridentifikasi pada Global Forest Watch, dan pemasok harus bebas keluhan baik atas konsesi langsung mereka maupun yang dioperasikan oleh group produsen yang sama di tempat lain. Para pemasok juga harus memiliki jaminan pihak ketiga atas proses dan sistem monitoring mereka dan harus bersedia diperiksa ulang oleh Mendelez InternaTional.
Ketertelusuran pasokan yang lebih baik ini juga mensyaratkan bahwa pada tahun 2025, para pemasok harus mampu mengkonfirmasi praktek sourcing mereka di keseluruhan rantai pasok mereka, dan bukan hanya di porsi pasokan mereka ke Mondelez international saja.
Mondelēz International menyerap sekitar 0.5 persen kebutuhan minyak sawit global dan karenanya menyadari kecilnya peran mereka bila tidak merangkul pemangku kepentingan lainnya dalam usaha mendapatkan solusi bagi permasalahan rumit mencapai keberlanjutan sektor minyak kelapa sawit dan dalam mendukung transisi ke praktek-praktek berkelanjutan di sektor ini. Perusahan membeli minyak sawitnya terutama dari Malaysia dan Indonesia, kedua produsen minyak sawit terbesar di dunia.
Perusahaan mengatakan Mendelez International menyerap 10 persen dari minyak sawit bersertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan 98 persen minyak sawitnya berasal dari pemasok dengan kebijakan yang searah dengan perusahaan. Perusahaan juga mengambil tindakan atas kelompok usaha yang tidak mematuhi kebijakan pasokan perusahaan, termasuk telah menangguhkan pembelian dari 89 pabrik kelapa sawit di tahun 2019.
“Kami mengkhawatirkan potensi negatif jangka panjang dampak lingkungan dan sosial dari produksi minyak kelapa sawit, termasuk deforestasi dan hak azasi manusia,” perusahaan mengatakan dalam pernyataan tertulis mereka, dengan merinci prinsip-prinsip yang harus dipatuhi pemasoknya dalam memproduksi minyak kelapa sawit.
Prinsip-prinsip tersebut termasuk tidak ada deforestasi serta pengembangan kelapa sawit di hutan primer, areal HCV (High Conservation Value) maupun HCS (High Carbon Stock) atau juga menggunakan api dalam operasi mereka; tidak ada pengembangan pada lahan gambut, pada kedalaman apapun; tidak ada eksploitasi pekerja maupun komunitas, penghormatan pada HAM dan juga hak atas tanah, tidak ada pekerja paksa maupun pekerja anak serta tidak ada diskriminasi berbasis gender.
“Kami mengharapkan pemasok kami mematuhi prinsip-prinsip ini pada tingkat perusahaan induk grup mereka sendiri, dan juga mengawasi pada tingkat yang sama, kepatuhan pemasok mereka sendiri. Diluar kebijakan bagi pemasok ini, kami juga mengharapkan para pemasok untuk memperlihatkan pelaksanaan serta kemajuan yang dicapai atas Rencana Aksi Kelapa Sawit kami yang termutakhir. Ini merupakan syarat mutlak berbisnis dengan kami,” demikian