Himbauan untuk usaha terpadu dan terfokus dari semua pemangku kepentingan dalam dunia perkelapa sawitan untuk membawa perubahan kearah produksi berkelanjtan dari komoditi ini terdengar nyaring disuarakan dalam sebuah konferensi Eropa yang diorganisir The Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) di Paris Selasa (26/6).
Konperensi Meja Bundar Eropa ke-enam berlangsung sementara kelapa sawit terus menjadi topik perdebatan antara konsumen dan pembuat keputusan dan pasar semakin menuntut komitmen dari produsen bahwa tidak akan ada deforestasi, pengembangan di lahan gambut, kebakaran, dan pelanggaran hak-hak manusia dalam mata rantai produksi, RSPO mengatakan dalam sebuah rilis persnya dari Paris.

Berbicara pada konferensi tersebut, CEO RSPO Darrel Webber mengatakan bahwa kunci untuk dapat memenuhi keinginan pasar in adalah memastikan bahwa komoditi, termasuk kelapa sawit, dihasilkan melalui praktek berkelanjutan.
“Kami mengakui bahwa memperbaiki standar saja tidaklah cukup – hanya dengan usaha yang terpadu dan terfokus dalam menghasilkan permintaan untuk minyak sawit yang tersertifikasi berkelanjutan perubahan dalam metoda produksi akan dapat distimulasi,” Webber mengatakan, menurut rilis pers tersebut.
Webber juga menggunakan kesempatan yang sama untuk mengingatkan yang hadir akan potensi negative dari “akibat yang tidak dikehendaki” yang mungkin timbul oleh keputusan perusahaan untuk menghilangkan minyak sawit dari mata rantai pasokan mereka.
Kelapa sawit tetap merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang paling efisien oleh karenanya, peralihan kepada tanaman penghasil minyak lainnya akan membutuhkan lebih banyak lahan dan selanjutnya meningkatkan kemungkinan terjadinya deforestasi.
Dalam sambutannya yang diberikan melalui video, Christiana Figueres, mantan sekretaris eksekutif UN Framework Convention of Climate Change, menghimbau agar dibentuk kolaborasi antara importir dan produsen. Kolaborasi yang menyertakan Eropa maupun no-Eropa, kolaborasi meliputi sektor publis dan swasta, kolaborasi meliputi masyarkat madani dan sektor keuangan.
“Anda semua mempunyai peran yang harus dimainkan dan solusinya tidak akan pernah ditemukan kecuali bila anda semua masing masing membawa latar belakang anda, skillset anda dan determinasi kolektif untuk benar benar menyelesaikan masalah dalam waktu yang tepat.”
Selama konferensi, RSPO juga meluncurkan “the Sustainability College,” sebuah platform online untuk berbagi pengetahuan yang interaktif. Didalamnya ada berbagai kursus mengenai topik-topik keberlanjutan kunci dari RSPO, seperti Peran Sertifikasi; Persetujuan Atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaaan (FPIC) dan Prosedur Penanaman Baru (NPP). Platform ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman atas topik topik tersebut.
Konperensi tahunan ke-enam ini mencoba menajamkan fokus atas perlunya menadopsi pendekatan yang inklusif pada setiap tahapan transformasi pasar, RSPO mengatakan dalam rilisnya. Hal ini, ditambahkannya, mendasar untuk dapat mendukung tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs) Perserikatan Bangsa-Bangsa dan mendorong masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Hadir dalam konferensi yang diadakan di Palais des Congrès di Paris ini lebih dari 400 peserta yang mewakili industry kelapa sawit dunia, termasuk pemimpin korporasi dalam keberlanjutan, lembaga keunangan, pembuat kebijakan, akademisi dan LSM lingkungan dari berbagai penjuru dunia.
RSPO sedang bekerja keras untuk membuat minyak sawit berkelanjutan sebagai sebuah norma, melalu proses transformasi pasar dan menargetkan pencapaian 100 persen Minyak Sawit Tersertifikasi Berkelanjutan di Eropa pada tahun 2020.