Photo Credit: https://www.flickr.com
Pemerintah Indonesia berencana membeli 11 jet tempur Su-35 Rusia dengan sebagian pembayaran menggunakan komoditas utama Indonesia termasuk diantaranya minyak kelapa sawit, sebuah sumber di kementerian pertahanan mengungkapkan kepada The Palm Scribe.
“Komoditas utama Indonesia, termasuk diantaranya karet dan minyak kelapa sawit yang bernilai sekitar $570 juta, akan menjadi bagian dari mekanisme pembayaran,” ungkap sumber yang mengetahui seluk-beluk kesepakatan tersebut. Ia juga mengatakan bahwa “Ini adalah ujian untuk melihat seberapa tegas Indonesia, terutama ketika melihat bagaimana Uni Eropa memperlakukan minyak sawit Indonesia.”
Sumber tersebut mengacu pada keputusan oleh Uni Eropa untuk secara bertahap menghapuskan biofuel berbasis minyak kelapa sawit dari program energi terbarukan untuk sektor transportasi.
Di bawah undang-undang nomor 16 tahun 2012 tentang industri pertahanan, pengadaan persenjataan dan peralatan militer asing harus dilakukan di bawah “mekanisme perdagangan timbal balik” yang sebagian merupakan barter yang mencakupi konten lokal serta persyaratan transfer teknologi dan sebagian lainnya melalui pembayaran tunai.
“Demikian juga halnya perihal jet tempur Rusia tersebut ketika kami mulai membicarakan kontrak pada Maret 2017. Ini adalah kesepakatan Pemerintah dengan Bisnis, jadi kami langsung berhubungan dengan Rosoboronexport,” kata sumber tersebut.
Sumber tersebut juga mengatakan bahwa kesepakatan yang bernilai sekitar $ 1,1 miliar tersebut bersifat sensitif karena Amerika memberlakukan “Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act” (CAATSA) yang dikeluarkan pada Agustus 2017, perihal sanksi terhadap perdagangan militer dengan Iran, Korea Utara, dan Rusia. CAATSA menempatkan Indonesia pada posisi yang cukup sulit, meskipun sesuai prinsip diplomasi “bebas dan aktif”, Indonesia memiliki kebebasan untuk memilih sumber persenjataannya.
Awal tahun ini, kantor berita Rusia TASS mengutip Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu yang mengatakan bahwa Indonesia mengharapkan kesepakatan itu akan selesai pada akhir 2019. “Masalah ini akan diselesaikan tahun ini,” kata Ryamizard, yang menambahkan bahwa tantangan untuk melakukan finalisasi kontrak adalah karena persetujuan yang diperlukan dari berbagai kementerian dan skema bentuk pembayaran.
“Pada dasarnya masalah ini telah terselesaikan,” kata Ryamizard yang secara resmi mengumumkan rencana untuk membeli pesawat Rusia pada 2015.
The Palm Scribe telah berusaha untuk mendapatkan komentar atau konfirmasi dari kedutaan Rusia di Jakarta, namun belum membuahkan hasil.
Pada masa pemerintahan Presiden Megawati Sukarnoputri, Indonesia membeli empat pesawat Sukhoi, yaitu dua unit Su-27 SK dan dua unit SU-30MKs, serta dua helikopter Rusia lainnya dalam kesepakatan barter parsial senilai $193 juta pada April 2003.
Total belanja pertahanan Indonesia telah meningkat secara signifikan selama empat tahun terakhir menjadi Rp 108,7 triliun, meskipun diperkirakan akan tetap stabil pada kisaran Rp 108,0 triliun pada 2017, menurut sebuah data resmi. Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, Indonesia diperkirakan akan menghabiskan lebih dari 20 miliar euro (sekitar Rp 321,88 triliun) untuk pengadaan militer antara 2016 dan 2025, menjadikannya sebuah negara dengan anggaran pertahanan dengan pertumbuhan tercepat kelima di dunia, menurut perusahaan riset IHS Markit.