
Bagi banyak orang di Eropa minyak sawit adalah sesuatu yang jahat. Minyak yang banyak menyebabkan deforestasi dan memberikan tekanan yang mengancam keberadaan hutan.
Banyak yang memang berusaha untuk merubah ini. Mereka berniat baik untuk mengedukasi dan meyakinkan orang Eropa bahwa minyak sawit yang memasuki Eropa kebanyakan sudah merupakan minyak sawit yang dihasilkan secara berkelanjutan.
Pada hari Rabu di minggu ini, salah satu usaha demikian digelar oleh Aliansi untuk Minyak Sawit Berkelanjutan Belgia. Ditengah pandemic COVID-19 yang masih merajalela di dunia, tentu saja mereka mengadakannya melalui sebuah webinar internasional.
Kabar mengenai diadakannya webinar ini tentu menarik perhatian bagi banyak kalangan di Indonesia, negara penghasil, sekaligus eksportir dan konsumen minyak sawit terbesar di dunia saat ini.
Dari mulai pengusaha, pembuat kebijakan, peneliti dan akademisi maupun pegiat masyarakat madani, sepertinya bersemangat untuk mengikuti webinar ini untuk menceritakan langkah-langkah yang sudah diambil disini untuk menenangkan Eropa maupun dunia bahwa produksi minyak sawit di negeri ini sudah banyak yang berkelanjutan.
Tetapi naas, mereka tidak dapat mengikuti webinar tersebut. Penyebabnya adalah panitia menggunakan platform webinar yang bernama Acelevents yang menggunakan vimeo sebagai dasar operasi videonya – sebuah situs layanan berbagi video yang sayangnya tidak dapat diakses di Indonesia, kecuali jika menggunakan VPN.
Sebagai akibatnya, para pemain dan peminat bidang kelapa sawit Indonesia tidak dapat mengikuti webinar tersebut.
Banyak dari para peminat webinar dari Indonesia ini berusaha keras dengan berkomunikasi melalui fasilitas chat yang disediakan Accelevents, untuk mencari jalan agar mereka dapat mengikuti kegiatan virtual ini.
Tetapi apa jawabannya? Alih alih mencoba mencari platform alternatif atau cara mengatasi kendala teknis tersebut, panitia memilih jalan termudah: berjanji akan berbagi rekaman sesi sesi yang ada setelah webinar itu berlangsung.
Dengan demikian, para peserta dari Indonesia – negara produsen terbesar minyak nabati ini dan karenanya seharusnya menjadi mitra dialog penting dalam diskusi apapun mengenai sawit berkelanjutan – tidak dapat mengikuti webinar ini.
Para peserta dari Indonesia yang ingin mengikuti acara ini hanya dihadapkan kepada sebuah layar kosong tanpa suara. Tetapi bila merujuk kepada komen-komen yang ada di kolom chat laman Accelevents untuk acara ini, para peserta dari Indonesia ini mungkin juga akan sedikit terhibur oleh banyaknya kesulitan teknis yang dihadapi acara ini.
Kolom chat tersebut banyak berisikan keluhan mengenai mutu suara yang terlalu rendah atau buruk atau bahkan bergaung.ati dan bagai Paling tidak satu pembicara juga nampaknya lupa menghidupkan fasilitas mikrofonnya ketika memberikan presentasi.
Di era sekarang ini, teknologi memungkinkan tingkat konektivitas yang belum pernah tercapai sebelumnya, dan karenanya seharusnya memungkinkan dialog yang lebih luas dan terbuka, tidak pernah. Tapi patut disayangkan bahwa sumber daya manusia dibalik acara yang seharusnya memiliki banyak potensi serta berfaedah ini, terjebak dalam arogansi dan ketidak siapan.
Namun, sebenarnya, cukup menyedihkan bahwa perilaku sembrono seperti ini cukup banyak bisa dijumpai dalam sebuah industri yang memiliki potensi besar untuk menceritakan betapa pentingnya minyak kelapa sawit di tengah tingginya permintaan akan minyak nabati. Dan juga betapa minyak sawit yang dihasilkan secara berkelanjutan seharusnya merupakan komoditas andalan bagi siapapun yang peduli dengan deforestasi dan lingkungan.