Menyadari pentingnya peran petani kecil dalam industri kelapa sawit, Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) berusaha menggaet lebih banyak petani kedalam keberlanjutan melalui pembentukan sebuah akademi yang bertumpu kepada sistim kemitraan.
Seperti diketahui, petani kecil mengelola lebih dari 40 persen luasan perkebunan kelapa sawit di berbagai penjuru dunia, dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat dimasa yang akan datang. Namun, hingga kini baru ribuan saja jumlah petani kecil kelapa sawit yang sudah menerima sertifikasi keberlanjutan melalui organisasi mereka masing-masing.
“Target akhirnya adalah para petani kecil, kami ingin membantu petani kecil dan organisasi mereka dengan dukungan yang diperlukan untuk mencapai keberlanjutan,” ujar Guntur Cahyo Prabowo, Direktur Program Petani Kecil RSPO Indonesia dalam sebuah wawancara kepada The Palm Scribe mengenai “Smallholder Academy” yang didirikan oleh organisasinya.
Akademi ini menghasilkan Master Trainer, yaitu semacam penyuluh senior yang akan melatih pelatih di daerah yang berinteraksi langsung dengan petani kecil beserta organisasi mereka.
Walaupun dinamakan sebuah akademi, Guntur mengatakan bahwa Smallholder Academy RSPO ini sebenarnya lebih merupakan sebuah wadah untuk meningkatkan kapasitas petani kecil kelapa sawit. Akademi ini juga tidak memfokuskan diri dalam pelaksanaan sertifikasi petani kecil sawit, tetapi programnya lebih mengarah pada pemberdayaan mereka agar mampu mencapai budidaya yang berkelanjutan.
“Tentunya terdapat banyak titik singgung dengan sertifikasi, tetapi pola pikirnya adalah mendapatkan dampak yang lebih luas,” ujar Guntur kepada The Palm Scibe.
Selain memberikan bimbingan dalam meningkatkan kemampuan, akses kepada pelatihan dan bahan baku bermutu, akademi juga membuka akses dukungan bagi para mitranya.
Akademi memberikan tiga tingkatan pelatihan, satu untuk tingkat Master Trainer, satu untuk trainer, atau pelatih/penyuluh, dan yang terakhir untuk petani kecil. Guntur menekankan bahwa kurikulum akademi didasarkan kepada pendekatan pembelajaran bagi orang dewasa yang disesuaikan dengan penerimanya dan bukan pemberi latihan.
Di Indonesia, negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia yang menurut Guntur memiliki sekitar dua juta petani kecil kelapa sawit, pelatihan pertama yang dijadwalkan akan berlangsung selama satu minggu penuh, akan diadakan bagi master trainer di Aceh awal Oktober ini. Sebelumnya, sebuah pelatihan internasional yang menyertakan master trainer dari beberapa negara di Asia Tenggara, telah diadakan di Medan pada awal September.
Pada tahap ini, para peserta harus datang dari mitra akademi, ujar Guntur. Mitra ini, yang dapat berupa kelompok atau asosiasi petani kecil, lembaga swadaya masyarakat, para pengumpul, pabrik minyak kelapa sawit maupun perusahaan perkebunan, penjual, pemerintahan daerah, universitas dan banyak lagi, tidak saja harus memiliki komitmen, namun juga harus memberikan kontribusi finansial yang akan digunakan kembali untuk kepentingan akademi serta program dan kegiatannya.
Guntur mengatakan bahwa kini sudah terdapat 10 mitra dan ia berharap lebih banyak lagi akan dapat bergabung.
Sebagai mitra, organisasi dapat mendaftarkan paling banyak dua perserta untuk mengikuti pelatihan bagi Master Trainer yang diadakan akademi, yang saat ini diadakan satu kali setiap tahunnya. Organisasi dan peserta pelatihan juga dapat mengakses platform dimana akademi, para lulusan serta mitranya dapat saling berinteraksi serta membangun jaringan.
“Ide besarnya, adalah untuk membentuk komunitas pelatih,” ujar Guntur.
Tidak ada persyaratan pendidikan minimum bagi para peserta yang menurut Guntur berasal dari berbagai latar belakang dan juga memiliki kemampuan dan keahlian yang beragam. Program akademi ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada para peserta, berbagai aspek dan pengetahuan yang diperlukan untuk melatih para pelatih di daerah dan juga kepada keahlian dan kemampuan para master trainer lainnya.
“Idenya adalah bahwa mereka yang ikut serta, adalah mereka yang memang sudah memiliki program dengan petani kecil, sehingga bila sudah lulus pelatihan, mereka dapat menggunakan apa yang diperoleh dalam pekerjaan yang berkaitan dengan petani kecil,” ujar Guntur.
Pedoman rujukan, pedoman pelatihan serta kurikulum memang dipersiapkan untuk konsumsi global tetapi pada prakteknya juga disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi setempat di daerah.
Kurikulum mencakup topik-topik seperti isu sosial dan ketenagakerjaan, lingkungan, agrobisnis, pendidikan keuangan dan kepemimpinan, termasuk juga mengenai sertifikasi RSPO. Para master trainer juga diajari kemampuan dan pengetahuan yang diperlukan agar dapat berkomunikasi dengan dan melatih petani kecil, baik perorangan maupun berkelompok.
Guntur mengatakan bahwa kurikulum dipersiapkan dengan bantuan Aflatoun, sebuah jaringan organisasi mitra, guru, pendukung dan staff yang menyiapkan pendidikan bermutu dengan menggunakan model waralaba sosial. Ia juga menambahkan bahwa kurikulum tersebut juga sudah mengakomodasi berbagai masukan dan komen dari banyak pemangku kepentingan di bidang kelapa sawit.
Setelah menamatkan pelatihan, para master trainer ini kemudian harus menyiapkan rencana pelatihan mereka sendiri untuk dilaksanakan di daerah, serta melaporkan perkembangan, kemajuand serta hasilnya melalui platform yang ada.
Guntur mengatakan RSPO tidak memasang target, tetapi memberikan perumpamaan bahwa misalnya saja RSPO dapat mencetak 150 master trainer di dunia, maka dampaknya akan dapat mencakup sekitar 10.000 petani kecil.
Pemilihan Aceh sebagai tuan rumah tahun ini, didasarkan atas beberapa pertimbangan, termasuk bahwa ia memiliki akses penerbangan langsung dari Kuala Lumpur dimana RSPO berpusat. Fakta bahwa petani di sana sudah berkali-kali menyampaikan keinginan agar RSPO mengadakan kegiatan di sana, serta fakta bahwa sampai saat ini, Aceh belum memiliki petani kecil yang tersertifikasi RSPO.
Pemilihan Aceh juga dianggap tepat, mengingat bahwa tidak seperti daerah perkebunan kelapa utama di pulau Sumatra, ia bebas dari asap tebal yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dan lahan yang luas beberapa minggu terakhir ini.