Jakarta– Laba year-on-year PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) melonjak 33,7 persen mencapai Rp787,1 miliar, di tahun 2017, sebagian besar didorong oleh kenaikan penjualan sebesar 19 persen.

“Kinerja kuat SSMS berlanjut pada kuartal pertama (Q1) 2018, di mana kami memproduksi 348.149 ton tandan buah segar (TBS) atau meningkat 20% jika dibandingkan Q1 2017. Produksi minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit juga membukukan kenaikan masing-masing 23% dan 27% dari tahun lalu,” kata Chief Financial Officer SSMS, Nicholas Justin Whittle.
Dalam sebuah rilis persnya yang diterbitkan pada harı Kamis, (26/4), SSMS mengatakan bahwa di tahun 2017, perusahaan mempertahankan Marjin Kotor, Marjin Operasi, dan Marjin Bersih pada tingkat yang sehat masing-masing di 53,2 persen, 36,6 persen , dan 24,3 persen,. SSMS juga membukukan kenaikan 34,4 persen untuk total aset dan 17,3 persen peningkatan total ekuitas.
“Konsistensi ini membantu kami membangun kepercayaan para investor, yang tercermin dari oversubscription obligasi global SSMS hingga empat kali lipat, senilai US$300 juta.” Ujar White dalam rilis tersebut.
Perusahaan mengatakan bahwa para pemegang saham menyetujui semua agenda dalam Rapat Umum Tahunan perusahaan, termasuk Pelaporan dan persetujuan pemanfaatan laba yang diperoleh perusahaan dalam tahun fiskal yang berakhir pada 31 Desember 2017.
Mereka juga menyetujui penunjukan Akuntan Publik untuk mengaudit Laporan Keuangan Perusahaan tahun fiskal 2018, serta perubahan pada Dewan Direksi dan Komisaris perusahaan.
“Agenda yang disetujui ini akan menempatkan SSMS dalam posisi yang lebih baik untuk memanfaatkan pertumbuhan industri kelapa sawit,” kata Whittle.
SSMS optimis dapat meningkatkan produksi ke depannya karena profil kematangan perkebunan SSMS masih muda dengan usia pohon rata-rata 8,6 tahun.. Sebanyak 35 persen dari seluruh perkebunan SSMS merupakan pohon yang masih muda, mencerminkan potensi pertumbuhan produksi yang besar.
Profil perkebunan ini akan membantu SSMS memposisikan diri agar dapat memenuhi kebutuhan CPO yang terus meningkat. Hal ini sejalan dengan laporan terbaru Oilworld, sebuah perusahaan analisis pasar terkemuka.
Laporan ini memproyeksikan bahwa pertumbuhan permintaan atas minyak kelapa sawit akan didorong oleh meningkatnya permintaan pangan di Asia terutama Tiongkok dan India, perluasan persyaratan oleochemical, juga meningkatnya kesadaran akan manfaat kesehatan dari minyak sawit dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, serta peningkatan penggunaan biodiesel.
“Peningkatan produksi SSMS akan berkontribusi pada pasokan global minyak sawit berkelanjutan, yang merupakan pasar penuh peluang,” tambah Whittle.
Perusahaan juga mengumumkan akan meluncurkan program Lanskap Berkelanjutan di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Salah satu kegiatan utamanya adalah bantuan sertifikasi keberlanjutan untuk ribuan hektar perkebunan rakyat, yang akan membantu para petani kecil mengakses pasar minyak sawit berkelanjutan bersama dengan SSMS.
Program ini merupakan bagian dari komitmen keberlanjutan SSMS dalam misinya untuk mewujudkan potensi kelapa sawit dalam mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, pembangunan nasional, serta pelestarian lingkungan.
SSMS mengelola bisnis terpadu atas 19 estate perkebunan kelapa sawit, enam pabrik kelapa sawit (PKS), dan satu pabrik inti sawit yang semuanya beroperasi di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Indonesia.