Sebagai tanda diperkuatnya komitmen perusahaan perkebunan kelapa sawit Eagle High Plantations (EHP) kepada produksi berkelanjutan serta perlindungan lanskap, EHP menjanjikan pembiayaan selama 25 tahun bagi pusat keragaman hayati Rimba Raya di Kalimantan Tengah, menurut siaran pers perusahaan yang diterima The Palm Scribe pada hari Rabu (22/5).
“Kami bekerja dengan Lestari Capital karena mereka telah membantu kami memenuhi persyaratan RSPO, dengan demikian menjamin bahwa komitmen finansial kami kepada keragaman hayati dan pelestarian berujung kepada dampak berjangka panjang,” ujar Deny Munang, Direktur Keberlanjutan EHP dalam siaran pers tersebut, yang mengacu kepada skema keberlanjutan kelapa sawit Roundtable on Sustainable palm Oil (RSPO). Ditambahkan bahwa proyek ini merupakan landasan strategi EHP mengenai sumber pengadaan yang bertanggung jawab di daerah tersebut.
“Ini adalah langkah pertama dalam komitmen kami kepada produksi berkelanjutan, yang juga berarti kita perlu melindungi daerah di sekeliling perkebunan yang menjadi sumber pengadaan kami,” imbuh Munang.
Lestari Capital mencari proyek-proyek yang memenuthi kriteria Prosedur Remediasi dan Kompensasi (RaCP) RSPO dan mendukung EHP dalam mengembangkan nota konsep serta proposal yang menjabarkan komitmen perusahaan kepada pelestarian selama 25 tahun. Sebagai hasilnya, pabrik kelapa sawit EHP yang melingkupi perkebunan sekelilingnya di Kumai, Kalimantan Tengah, telah berhasil memenuhi Audit Sertifikasi Awal dari RSPO dan menjadi unit kelola EHP yang pertama memperoleh Sertifikasi RSPO pada tanggal 10 Mei 2019.
Komitmen Eagle High Plantations pada perlindungan lanskap di Kalimantan Tengah mencerminkan visi perusahaan yang lebih luas mengenai transformasi ke arah produksi yang lebih berkelanjutan. Ini juga mencakup komitmen yang kuat kepada sertifikasi RSPO bagi semua perkebunan kelapa sawit yang dioperasikan perusahaan, termasuk di 28 konsesi yang meliputi luasan 148.000 hektar.
Lestari Capital telah meluncurkan pasar layanan ekosistem yang dirancang khusus untuk mendukung prosedur Remediasi dan Kompensansi RSPO dan telah difinalisasi tahun 2015. Pasar yang dikenal sebagai the Sustainable Commodities Conservation Mechanism (Mekanisme Konservasi Komoditas Berkelanjutan/SCCM), menyediakan pembiayaan proyek selama jangka waktu 25 tahun, pengawasan fidusia yang mengaitkan pembayaran kepada hasil di lapangan sehingga menjamin keuntungan bagi komunitas setempat, sesuai iklim global dan keragaman hayati.
RaCP dari RSPO merupakan kerangka kerja untuk menangani deforestasi, konservasi, serta isu-isu sosial di perkebunan pada tingkat yang jarang dicapai oleh badan-badan keberlanjutan industri lainnya.
“RaCP RSPO memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk menangani tanggung jawab pelestarian dan sosial mereka dengan cara yang positif, terukur, serta langgeng.
“Kami pasti berharap akan ada lebih banyak lagi petani yang bergabung ketika mulai meningkatkan usaha-usaha pelestarian dan restorasi sebagai bagian kunci dari operasi kami,” ujar Munang sambil melanjutkan, “Jika dilaksanakan pada skala yang benar, usaha-usaha ini akan membantu mengubah narasi mengenai warisan perkembangan kelapa sawit”.
Pembiayaan oleh EHP melalui SCCM menghasilkan keuntungan nyata di lapangan, dengan mendukung suaka orangutan swasta terbesar di dunia. Proyek Rimba Raya juga menyediakan konservasi yang penting serta keuntungan dari restorasi ekosistem dengan melindungi daerah lahan gambut yang penting di dekat unit kelola EHP di Kalimantan Tengah.
Pembiayaan ERHP melalui RaCP diharapkan akan mendukung proyek dalam usahanya untuk melindungi lebih dari 64.000 hektar disekitar Taman Nasional Tanjung Puting untuk 25 tahun berikutnya.