Konservasi hutan menjadi sorotan dunia beberapa waktu terakhir ini, menyusul banyaknya tuduhan bahwa deforestasi berlangsung cepat di Indonesia karena desakan ekonomi, namun bagi Ikhlas Al Zaki, seorang eksekutif konservasi dari perusahaan perkebunan PT Austindo Nusantara Jaya (ANJ), konservasi dan bisnis itu saling membutuhkan.

“Sebetulnya, konservasi tidak akan hidup tanpa bisnis dan bisnis tidak akan sustain tanpa adanya konservasi,” ujar Al Zaki, manager konservasi region timur ANJ,kepada The Palm Scribe.
Pria yang akrab disapa Zaki, saat ini sedang aktif membangun wilayah konservasi di wilayah Papua Barat. Pengalamannya sejak tahun 1984 membuatnya memahami betul dinamika lingkungan yang ada dan mengakui bahwa wilayah Papua mempunyai tantangannya tersendiri yang berbeda dari daerah lain di Indonesia.
“Kalau bicara Papua, sangat besar tantangannya karena ini adalah bagian dari Indonesia yang masih sedikit terjamah, pembangunan yang masih tertinggal, serta biodiversity disini banyak yang belum dikenal oleh ilmuan,” ujarnya sembari mengatakan bahwa Papua adalah benteng terakhir dari hutan tropis yang ada di Indonesia.
Masyarakat asli Papua, menurut Zaki, juga membutuhkan pendampingan terkait isu lingkungan. Pasalnya masih banyak dari mereka yang belum mengetahui peraturan dari pemerintah terkait hal ini.
“Di sini juga ada tantangan klasik, beberapa binatang yang dilindungi pemerintah di sini menjadi bahan konsumsi, misalnya buaya dan burung – burung eksotik dijadikan makanan, padahal kan dilindungi,” ujarnya yang juga menegaskan hal tersebut juga menjadi tanggung jawab perusahaan untuk mengedukasi dan mencari alternatif pengganti protein mereka.
Menurutnya, kehadiran swasta di wilayah Papua Barat tidak saja sangat membantu tugas pemerintah yang belum selesai dalam mengedukasi masyarakat sekitar, tetapi juga dalam menanamkan kesadaran mengenai pentingnya konservasi lingkungan.
Zaki juga mengatakan bahwa dengan masuknya investasi perusahaan ke wilayah terpencil, membuka kesempatan bagi para ilmuwan untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang flora dan fauna yang ada.
Muharmansyah, Asisten Konservasi PT Putra Manunggal Perkasa (PMP) mengatakan adanya investasi perusahaan di Papua Barat menghasilkan banyak dampak positif bagi masyarakat sekitar.
“Kedatangan perusahaan di sini setidaknya menimbulkan awareness masyarakat kepada lingkungan yang tadinya tidak tahu satwa apa saja yang dillindungi dan bahkan belum mengetahui fungsi sungai,” ujarnya kepada The Palm Scribe di wilayah Kampung Sumano, Papua Barat.
Keadaan fauna di wilayah Papua Barat mempunyai keunikan tersendiri, sebab sebagian besar karakteristiknya mempunyai kemiripan terhadap wilayah Australia seperti kangguru, kuskus, kasuari, mambruk, dan lainnya.
Pada wilayah tersebut sampai saat ini belum ada satwa yang masuk dalam kategori endangered species menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN). Namun demikian sudah ada yang masuk dalam kategori vulnerable, misalnya burung Mambruk.