The Palm Scribe

Kelapa Sawit untuk Pencapaian SDG

Komoditas kelapa sawit dapat membantu negara berkembang untuk mencapai target SDG yang telah ditetapkan, seorang pejabat mengatakan pada hari Rabu, 19/9.

Kiri – Kanan: Tomi Aryanto, Mahendra Siregar, Agung Purnomo, Lin Che Wei

“Sawit adalah minyak nabati yang paling memberikan sumbangan kepada SDG, dengan kata lain kalau tidak ada sawit sulit untuk mencapai SDG,” ujar Mahendra Siregar, Direktur dari Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC).

SDG merupakan rangkaian tujuan pembangunan berkelanjutan yang terukur yang diadopsi  oleh pemuka-pemuka dunia dan dituangkan dalam resolusi Sidang Umum PBB tahun 2015 dan ditargetkan dapat dipenuhi pada tahun 2030.

Berbicara dalam acara SMART SEED di Jakarta, Mahendra menegaskan bahwa isu sawit bukan hanya isu lokal namun sudah merupakan isu global, sehingga industri kelapa sawit saat ini memiliki pengaruh besar pada pasar.

“Kalau ganggu komoditas kelapa sawit, maka bisa ribut dengan negara berkembang,” tegas Mahendra.

Sorotan publik pada industri kelapa sawit diharapkan tidak cenderung negatif,  sebab sawit merupakan komoditi yang paling efisien dalam menghasilkan minyak nabati dibandingkan dengan tanaman lain.

“Sawit itu yang paling berkelanjutan, untuk memenuhi permintaan dunia akan (minyak) nabati, sawit adalah jawaban paling efisien, tidak membutuhkan banyak lahan,” jelasnya.

Bagi Indonesia saat ini, sawit merupakan salah satu penyumbang pendapatan negara terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Nilai ekspor produk kelapa sawit Indonesia sudah melampaui ekspor migas Indonesia dan jauh melampaui ekspor lima komoditas perkebunan utama Indonesia lainnya seperti karet, kakao, kopi, tebu, dan teh.

Data dari yang Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), memperlihatkan bahwa nilai ekspor minyak sawit Indonesia pada tahun 2017 mencapai $ 22,97 miliar, atau naik 26% dari tahun 2016.

Karena kontribusinya pada keuangan negara, sawit memiliki nilai strategis bagi upaya Pemerintah dalam pemerataan pembangunan dan pengentasan kemiskinan, dua hal yang menjadi bagian dari SDGs.

“Hanya ada dua komoditas yang peranan dari perkebunan swastanya signifikan di Indonesia, yaitu kelapa sawit dan gula. Kenapa? Karena faktor efisiensi,” ucap Lin Che Wei, sebagai salah satu staff ahli Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia.

Lin Che Wei yang berbicara pada kesempatan yang sama, juga menjelaskan bahwa komoditas kelapa sawit menghadapi tekanan yang luar biasa sehingga mendorong terbentuknya Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) ataupun Roundtable Sustainable Palm Ol (RSPO.) Ia juga menambahkan bahwa standar yang tinggi yang diberlakukan pada sawit, tidak diterapkan  pada komoditi penghasil minyak nabati yang lainnya.

“Rapeseed, Sunflower tidak ada standar sustainabilitynya,” ucapnya sambil menjelaskan bahwa isu HAM juga menjadi isu yang dimainkan untuk menjatuhkan komoditi kelapa sawit.

Lin Che Wei mengatakan bahwa baginya, komoditas kelapa sawit adalah senjata yang dimiliki Indonesia dalam menjawab tantangan konsumsi global.

Share This