Seorang kardinal Katolik senior telah menyiratkan dukungannya bagi kelapa sawit sebagai sumber pembangunan dan alat membangun stabilitias ekonomi dan politik, selama budidayanya dilakukan secara berkelanjutan, ujar seorang diplomat Indonesia di Vatikan.
Duta Besar Indonesia untuk Vatikan, Antonius Agus Sriyono, mengatakan bahwa Prefek Dikasteri Promosi Pengembangan Manusia Integral Vatikan, Kardinal Peter Turkson, telah mengeluarkan beberapa pernyataan yang memiliki “nuansa dukungan bagi pengembangan perkebunan kelapa sawit, sejauh hal ini menjaga keseimbangan dengan keberlanjutan lingkungan.”
Berbicara kepada The Palm Scribe melalui telepon, Sriyono menekankan syarat pentingnya keseimbangan antara kebutuhan manusia dan keberlanjutan lingkungan hidup oleh sang kardinal. Komentar duta besar ini diberikan menyusul adanya laporan yang beredar mengatakan bahwa Vatikan mendukung kelapa sawit sebagai komoditas yang dapat membantu mengurangi kemiskinan dan pengangguran di negara-negara berkembang. Sriyono sendiri mengatakan bahwa sejauh yang ia ketahui, baik Paus Fransiskus maupun Vatikan tidak pernah memberikan pernyataan mengenai kelapa sawit.
Sebuah pemberitaan yang berjudul “Sri Paus Berdiri Bersama Kelapa Sawit” yang diterbitkan di awal minggu ini oleh FreeForChoice, sebuah lembaga independen di Roma yang mengadvokasi kebebasan menentukan pilihan bagi konsumen, mengatakan bahwa bagi Paus Fransiskus, orang miskin dan warga negara-negara berkembang memiliki hak untuk menjalankan kegiatan ekonomis agar bisa sejahtera, tetapi hal ini harus dilakukan dengan cara-cara yang berkelanjutan.
Laporan tersebut juga mengatakan bahwa Kardinal Turkson tahun lalu pernah mengatakan dalam sebuah konferensi yang diadakan oleh Vatikan, bahwa “kelapa sawit merupakan alat untuk menghentikan migrasi puluhan ribu orang Afrika ke Eropa,” dan bahwa budidayanya merupakan kegiatan yang dapat mendorong pembangunan dan pertumbuhan.
Menteri Koordinator Urusan Maritim Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan tahun lalu telah bertemu dengan Paus Fransiskus dalam kunjungannya ke Vatikan untuk menyampaikan surat dari Presiden Joko Widodo yang meminta dukungan Vatikan sehubungan dengan keputusan Uni Eropa untuk secara bertahap meninggalkan biofuel berbahan minyak kelapa sawit, dalam program energi untuk transportasi organisasi kewilayahan ini. Dalam kunjungannya ke Vatikan, Luhut juga bertemu dan berbicara dengan Kardinal Turkson.
Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, dan produsen kedua di dunia, Malaysia, telah mengecam keputusan Uni Eropa tersebut sebagai diskriminatif terhadap minyak kelapa sawit dan menyatakan bertekad membawa permasalahan ini ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).