
Indonesian Palm Oil Conference (IPOC), konferensi tahunan yang diselenggarakan Gabungan Produsen Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) akan berlangsung minggu depan dengan fokus bagaimana industri kelapa sawit dapat berkontribusi dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Konferensi Kelapa Sawit Indonesia ke 14 dan 2019 Price Outlook, yang akan berlangsung di sebuah pusat konvensi internasional di Nusa Dua, Bali, menurut panitia pelaksananya dalam laman resminya, “akan di fokuskan pada kontribusi pengembangan industri kelapa sawit kepada tujuan pembangungan berkelanjutan, kecenderungan pasar global, dan perkiraaan harga untuk tahun berikutnya.”
”Kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa sektor kelapa sawit adalah sektor yang berkontribusi besar terhadap pencapaian SDGs,” Mona Surya sebagai ketua IPOC 2018, mengatakan dalam sebuah siaran pers baru baru ini untuk mengumumkan diselenggarakannya konferensi ini.
Lebih dari seribu peserta dari berbagai kalangan diperkirakan akan mengikuti forum yang akan mengikut forum industri kelapa sawit ini yang akan berlangsung selama dua hari, panitia mengatakan. Panitia juga menambahkan bahwa pada konferensi yang sama tahun lalu, yang juga diselenggarakan di Bali, dihadiri sekitar 2.500 peserta.
“Kami sangan mendukung tema ini, yang juga selaras dengan bagaimana RSPO menstrategikan dukungan kami pada industri kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia,” demikian tanggapan Tiur Rumondang, Direktur Indonesia untuk Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Darmono Taniwiryono, Ketua Umum Masyarakat Perkelapa Sawitan Indonesia (MPSI) juga mendukung pemilihan tema konferensi, dengan mengatakan bahwa “Setelah dicermati, ternyata pengembangan industri sawit mendukung banyak butir-butir tujuan yang telah disepakati dalam SDG.”
Sementara itu Abetnego Tarigan, seorang pakar lingkungan yang kini penaseha senior pada Kantor Eksekutif Presiden, mengatakan bahwa konferensi perlu mengidentifikasi butir butir tujuan SDGs dimana industri kelapa sawit dapat berkontribusi.
“Ada goals tentang perlindungan hutan, sementara sawit kontribusi dalam alih fungsi hutan di Indonesia. Untuk goal ini tentu bisa mengundang kritik dari banyak pihak,” ujar Tarigan.
Walaupun masih menunggu konfirmasi, Presiden Joko Widodo diharapkan dapat membuka konferensi ini dengan sebuah keynote speech. Menteri Koordinatgor untuk Ekonomi Darmin Nasution, juga dijadwalkan berbicara mengenai penguatan standar Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sesuai dengan SDGs. Sementara itu Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional ,Bambang Brodjonegoro dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita juga direncanakan akan berb icara menteni tantangan dan kesempatan dalam pencapaian SDGs di Indondsia serta mengenai kebijakan Indonesia dalam merespon pembatasan-pembatasan dalam perdangangan minyak sawit.
Hari pertama konferensi juga akan menyaksitkan dua sesi diskusi. Yang pertama mengenai kontribusi industri kelapa sawit pada SDGs dan yang kedua mengenai kebijakan perdagangan, keberlanjutan dan SDGs.
Kedua sesi tersebut akan menampilkan banyak pakar dan pejabat, termasuk Mohamad Nageeb Ahmad Abdul Wahab dari Asosiasi Sawit Malaysia (MPOA), pakar ekonomi Universitas Indonesia Febrio Kacaribu, Michiko Miyamoto dari Organisasi Buruh Internasional (ILO), Pietro Paganini dari John Cabot University di Roma dan Ketua Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Dono Boestami.
Panelis lainnya termasuk Kepala Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam VIncent Guerend, Ketua eksekutif Dewan Produsen Minyak Sawit (CPOPC), Mahendra Siregar, serta beberapa pejabat tinggi kementrian perdagangan.
Pada hari kedua akan berbicara Bambang dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementrian Pertanian, Musdhalifah Mahmud dari Kantor Menteri Koordinator Ekonomi, Ron Hartman dari International Fund for Agricultural Development (IFAD), Ketua Umum Serikat Petani Kelapa Sawit Mansuetus Darto dan Sanath Kumaran dari Dewan Sertifikasi Kelapa Sawit Malaysia (MPOCC). Mereka akan berbicara dalam sesi mengenai perspektif pemangku kepentingan terkati pengembangan sawit berkelanjutan dan SDGs.
Paruh kedua hari kedua diperuntukkan bagi 2019 Palm and Lauric Oil Price Outlook, dengan pembicara pakar-pakar seperti Thomas Mielke, dari ISTA Mielke GmbH, Sekretaris Jendral GAPKI Togar Sitanggang, James Fry dari LMC Internatiional Ltd, Rasheed Janmohgammad dari Pakistan Edible Oil Refiners Association, Christ Rittgers dari US Foreign Agricultural Services and Dorab Mystry dari Godrej International Ltd . Mereka akan mendiskusikan pasokan, perminataan dan perkiraan harga, serta kecenderungan dan perubahan dalam pasokan dan permintaan yang didorong oleh kebijakan dagang.
Outlook menjadi menarik tahun ini mengingat bahwa harga minyak sawit banyak melemah tahun ini.
“Event ini sudah merupakan referensi bagi pemangku kepentingan di bidang kelapa sawit dalam memutakhirkan pengetahuan mereka mengenai tren pasar minyak sawit dan outlook harga,” GAPKI mengatakan pada lamannya, dengan menambahkan bahwa konferensi juga akan membicarakan isu isu terbaru dalam industri, dan juga peraturan dan kebijakan pemerintah.
IPOC 2018 juga menyelengarakan pameran yang menyajikan perkembangan terakhir dalam teknologi, produk dan jasa di industri minyak sawit.