The Palm Scribe

Industri Kelapa Sawit Butuh Strategi Komunikasi Media yang Jitu

Era digital membawa perubahan dalam strategi pemasaran maupun komunikasi, dan komoditas kelapa sawit juga tak luput dari dampak arus informasi yang terbuka.

Ilustrasi

Bagaimanakah sebaiknya  produsen kelapa sawit menjalankan strategi komunikasinya dalam era digital ini?

“NGO lebih pintar menjalankan aktifitas komunikasi dibandingkan para produsen kelapa sawit,” demikian ujar pakar komunikasi Ong Hock Chuan yang menjelaskan juga bahwa lembaga swadaya masyarakat biasanya lebih tahu bagaimana menyerang citra produsen besar kelapa sawit.

Ong menjelaskan bahwa pada era digital ini, apabila kita mencari kata “kelapa sawit”  melalui google, yang akan kita dapatkan adalah informasi baik terkait industri ini. Namun yang menarik adalah apabila kita merubah kata kunci pencarian menjadi “palm oil” – maka kita akan mendapatkan banyak informasi negatif seputar komoditas kelapa sawit ini.

Hal tersebut dikarenakan citra kelapa sawit pada dunia internasional lebih buruk dibandingkan dengan keadaan di Indonesia. Namun hal tersebut tidak berarti membuat citra kelapa sawit di Indonesia jauh lebih baik ataupun bebas dari kritikan.

Media memainkan peran yang penting dalam hal ini. Ong berpendapat wartawan muda pada saat ini sulit merubah pandangan buruk tentang industri kelapa sawit yang sudah terlanjur tertanam dalam benak mereka.

“Karakteristik dalam penulisan berita oleh media juga tidak imbang, biasanya untuk paragraph satu sampai tiga adalah untuk pendapat NGO, sementara paragraph ujung, kedelapan atau kesembilan baru menyoroti pihak produsen,” jelas Ong.

Ong menekankan pentingnya strategi komunikasi pada era digital. “Tidak adanya strategi komunikasi akan membuat anda harus membayar mahal kedepannya,”

Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Herry Yogaswara membenarkan adanya persepsi buruk yang menempel kepada industri kelapa sawit, sesuatu yang menurutnya disebabkan oleh perilaku produsen kelapa sawit itu sendiri.

“Adanya situasi saling tidak percaya dari banyak pihak, karena sulitnya mendapatkan informasi publik dari para produsen,” ujarnya.

Yogaswara menambahkan situasi seperti ini merugikan masyarakat luas karena dapat menyebabkan penyebaran informasi yang salah. “Bahayanya apa? Kita mencari data sekunder atau dari pihak ketiga yang validitasnya tidak kredibel.”

Lalu bagaimana citra kelapa sawit bagi generasi millennial saat ini?

Michelle Victoria Alriani sebagai Miss Earth 2017 berpendapat bahwa isu komoditas kelapa sawit masih sedikit menyentuh generasi muda di Indonesia. “Banyak anak muda yang tidak tahu tentang komoditas kelapa sawit, yang bisa mengubahnya peran media dan NGO,” ujarnya.

Inovasi diperlukan untuk memperkenalkan pentingnya peran komoditas kelapa sawit bagi generasi muda agar kedepannya industri sawit memperolehi persepsi yang lebih baik. “Banyak yang belum tahu bahwa produk sawit ada dimana-mana, termasuk kosmetik. Nah untuk menarik perhatian anak muda, kita harus menyebarkan informasi semacam ini,” ujar Michelle semangat.

Selain itu, engagement yang bisa dimulai menurut Michelle adalah dengan membuat kompetisi yang bertemakan kelapa sawit ramah lingkungan. Michelle mengaku terkesan dengan peran RSPO yang sudah berusaha memperkenalkan produksi kelapa sawit berkelanjutan melalui kompetisi video untuk anak muda.

“Anak muda bisa menjadi pilar catalyst untuk mempromosikan komoditas kelapa sawit,” tutup Michelle.

Share This