Sebagai negara dengan produksi minyak sawit terbesar di Asia Tenggara, Indonesia telah berhasil memasukkan semua jenis minyak nabati disamping minyak sawit dalam pembahasan keberlanjutan antara Uni Eropa dan Asosiasi Negara Asia Tenggara (ASEAN), Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan.
“Indonesia berhasil memperluas cakupan pembahasan JWG untuk keseluruhan minyak nabati, bukan hanya minyak sawit dan sepakat melihat tantangan di dalam minyak nabati dilihat dalam parameter pencapaian target Pembangunan Berkelanjutan 2030,” Kementerian Luar Negeri mengatakan dalam sebuah laporannya yang diunggah pada laman resminya. JWG merujuk kepada Joint Working Group on Palm Oil antara ASEAN dan Uni Eropa yang bertemu secara virtual untuk pertama kalinya pada 27 Januari 2021.
JWG merupakan kesepakatan yang sudah digagas sejak Januari 2019, namun baru dapat disepakati pada 1 Desember 2020 pada pertemuan ke-23 Tingkat Menteri ASEAN dengan Uni Eropa.
Pencapaian diplomasi Indonesia ini kini mendudukkan pembahasan keberlanjutan kelapa sawit pada tingkat yang setara dengan minyak nabati lainnya, seperti minyak kanola, minyak bunga matahari, minyak zaitun dan minyak kedelai. Sebelumnya Indonesia mengatakan bahwa Uni Eropa bersikap diskriminatif terhadap minyak sawit karena tidak memberlakukan persyaratan keberlanjutan ketat seperti yang diterapkannya pada minyak sawit pada minyak nabati lainnya.
“Tantangan dari pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana kita dapat meminimalisir pembukaan lahan baru dan meningkatkan efektifitas lahan yang ada, mengingat permintaan terhadap minyak nabati akan terus meningkat di masa mendatang,” ucap Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia, Mahendra Siregar, pada pidato pembukaan pertemuan tersebut..
Uni Eropa juga menyetujui bahwa pembukaan lahan baru secara terus menerus akan memiliki dampak buruk terhadap lingkungan dan keanekaragaman flora dan fauna yang ada. ASEAN dan UE perlu membahas hal ini secara mendalam.
“Diharapkan JWG ini dapat mengembangkan kebijakan bersama untuk mencapai minyak nabati yang berkelanjutan bagi ASEAN dan UE. Saya juga berharap agar kedepannya, ASEAN dan UE dapat mengembangkan sertifikasi minyak nabati yang diakui bersama,” tegas Wamenlu RI.
Pertemuan perdana JWG yang dihadiri oleh delegasi dari ASEAN dan UE telah membahas ruang lingkup minyak nabati, data dan informasi, serta usulan kerjasama teknis yang perlu disiapkan untuk dibahas pada pertemuan JWG kedua yang rencananya akan diselenggarakan pada 19 April 2021.