The Palm Scribe

Indonesia Ingin Penurunan Bea Masuk bagi Sawit di Amerika Latin dan India

Indonesia sedang gencar mencoba memperluas pemasaran minyak sawitnya, termasuk dengan mencoba menurunkan bea masuk bagi komoditas utama Indonesia ini di beberapa negeri seperti di Amerika Latin dan India, beberapa menteri mengatakan.

ilustrasi

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, yang sedang dalam kunjungan ke beberapa negara Amerika Latin, termasuk Argentina dan Peru,  giat mengusahakan penurunan bea masuk tersebut, terutama di negara-negara yang termasuk dalam blok dagang Mercosur — Argentina, Brazil, Paraguay dan Uruguay, sebuah keterangan pers Kementerian Luar Negeri yang diterima The Palm Scribe Rabu (23/5)

“Kelapa sawit merupakan komoditas penting bagi perekonomian dan masyarakat Indonesia, Indonesia berharap tarif bagi produk kelapa sawit negara Mercosur, termasuk Argentina, dapat diturunkan,” Retno mengatakan di Buenos Aires menurut keterangan pers tersebut.

Retno mengatakan bahwa bea masuk yang dikenakan Mercosur pada minyak sawit Indonesia cukup tinggi dan meminta Argentina untuk dapat membahas isu tarif bagi minyak sawit mentah (CPO) Indonesia dengan blok dagang tersebut.

Indonesia adalah produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, sedangkan Argentina adalah salah satu eksportir produk kedelai terbesar di dunia, termasuk biodiesel berbasis kedelai.

Nilai perdagangan antara Indonesia dan Argentina mencapai $1,42 miliar di tahun 2017.

Retno juga menyampaikan potensi diversifikasi produk dalam perdagangan bilateral dengan Argentina. Selain komoditi serta produk konsumen seperti alas kaki, pakaian dan peralatan elektronik, Indonesia juga memiliki industri strategis yang cukup maju.

“Industri strategis Indonesia semakin maju, dengan kualitas yang baik dan banyak diminati oleh berbagai negara, Indonesia berharap Argentina juga dapat membeli berbagai produk industri strategis dari Indonesia,” demikian Retno mengatakan.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Indonesia, Enggartiasto Lukita mengatakan bahwa pemerintah akan membicarakan dengan pemerintah India mengenai rencana mereka menaikkan bea masuk bagi produk sawit dan turunan sawit dari Indonesia.

India, yang mengenakan bea masuk sebesar 7,5 persen hingga 15 persen, dengan tarif produk turunan sawit bahkan sampai mencapai 25 persen, berencana menaikkan tarif bea tersebut menjadi sebesar 45 persen untuk produk sawit dan 54 persen untuk produk turunan sawit.

“Nanti akhir bulan ini, perdana menteri India akan datang dan kita akan bicara,” ujar Enggartiasto pada hari Rabu (23/5) seperti dilaporkan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) pada laman resminya.

Data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) ), memperlihatkan bahwa ekspor CPO ke India di tahun 2017 tercatat 7,63 juta ton atau naik 32,01 persen dari tahun sebelumnya 5,78 juta ton. Angka ekspor itu mencapai 24,05 persen dari total ekspor CPO Indonesia yang sebesar 31,05 juta ton.

Share This