Indonesia, yang sudah menjadi produsen, eksportir sekaligus konsumen minyak sawit terbesar di dunia, kini juga berencana memiliki industri hilir sawit terbesar di dunia, seorang menteri mengatakan Rabu (1/12)
“Indonesia memiliki tujuan menjadi (industry) hilir minyak sawit terbesar di dunia,” demikian ujar Menteri Keuangan Indonesian Sri Mulyani Indarwati pada hari pertama Indonesian Palm Oil Conference.
Menteri ini mengatakan bahwa langkah ini sejalan dengan cita-cita Presiden Joko Widodo untuk mentransformasi ekonomi Indonesia, dari sekedar pengekspor bahan baku dan komoditas mentah menjadi produsen dan eksportir produk dengan nilai tambah.
Mulyani mengatakan pada konferensi yang berlangsung secara virtual selama dua hari ini bahwa pemerintah menggunakan pajak dan pungutan untuk memberikan dukungan bagi pengembangan industri hilir minyak sawit.
“Pungutan serta juga pajak, yang diterapkan pada industri ini sangat kritikal dalam mendukung dan mereformasi iklim investasi sehingga kita dapat mendukung industri hilir di Indonesia,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa pemerintah juga menyediakan kawasan –kawasan khusus bagi industri hilir, termasuk di sektor kelapa sawit.
Sebagai produsen maupun eksportir minyak sawit mentah (CPO) terbesar di dunia, Indonesia juga menginginkan dapat ikut mempengaruhi harga komoditas ini pada tingkat global, Mulyani mengatakan ketika berbicara di konferensi.
“Sebagai produsen dan eksportir CPO terbesar, kamu juga ingin membangun kemampuan untuk menstabilkan harga CPO,” ujarnya tanpa memberikan detil lebih lanjut.
Ia mengatakan bahwa minyak sawit memainkan peran penting dalam usaha pemerintah untuk memulihkan perekonomiannya setelah diterpa pandemic Covid-19. Minyak sawit tidak saja menyumgangkan pendapatan yang besar bagi negeara tetapi juga merupakan sumber kehidupan bgi jutaan penduduk Indonesia.
Luas lahan yang ditanami kelapa sawit di Indonesia mencapai 16,38 juta hektar, 41 persennya diusahakan oleh petani kecil swadaya, ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Airlangga Hartarto mengatakan ketika membuka konferensi ini bahwa “Sektor sawit merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia,” serta memberikan pekerjaan bagi lebih dari 16 juta orang.
Airlangga dan Mulyani keduanya mengatakan bahwa kontribusi minyak sawit kepada perekonomian negara sangat besar tahun ini, ketika komoditas ini mencapai harga yang tertinggi sepanjang tahun, melebihi $1.000 per ton metriknya.
Konperensi virtual yang juga akan diikuti oleh Outlook Harga Minyak Sawit dan Minyak Lauric untuk tahun 2022, dan diselenggarakan oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) ini diikuti oleh lebih dari 1.000 peserta dari 27 negara, ketua panitya penyelenggara Mona Surya mengatakan.