The Palm Scribe

Indonesia harus Aktif Dukung Industri Kelapa Sawit di Eropa

Indonesia sebagai penghasil utama minyak kelapa sawit dunia, harus ikut berperan aktif mendukung industri kelapa sawit di Eropa yang sedang dalam pengkajian untuk dilarang dengan alasan mencegah deforestasi, demikian himbau beberapa eksekutif Eropa.

Eddy Esselink, Manajer Program Pembangunan Berkelanjutan Perusahaan agrikultur Belanda MVO, yang juga bergabung dalam European Palm Oil Alliance (EPOA), mengatakan bahwa banyak pihak di Eropa menyadari pentingnya peran kelapa sawit. Esselink  berpendapat dibutuhkan peran Indonesia dalam perjuangan di Eropa untuk mendukung industri kelapa sawit

“Kita butuh bantuan untuk menegaskan bahwa kelapa sawit memberikan dampak positif bagi masyarakat secara langsung,” ujarnya ketika berbicara dalam konperensi kelapa sawit di Bogor pada hari Selasa (24/4).

Steven Gust, Senior Associate Nestle Oil, yang juga berbicara pada konperensi yang sama, berpendapat masih ada waktu untuk mendukung konsumsi kelapa sawit di Eropa.

“Sekarang adalah saatnya untuk menyebarkan pesan positif terhadap kelapa sawit dan meyakinkan mereka (Uni Eropa) untuk tetap mendukung perkembangan industri kelapa sawit,” ujar Gust.

Esselink mengatakan bahwa peran komoditi kelapa sawit masih krusial dan bahkan semakin berkembang. “Kita sadar bahwa pembangunan berkelanjutan adalah penting dan pelarangan kelapa sawit bukanlah sebuah solusi,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa Uni Eropa saat ini sedang mengalami kebingungan dan menghadapi dilema terkait konsumsi kelapa sawit.

Sumber: EPOA

“Uni Eropa saat ini juga sadar bahwa kelapa sawit itu penting, namun mereka harus melakukan sesuatu karena terdesak oleh berbagai pihak,” tegasnya sambil menjelaskan bahwa untuk mendukung perkembangan kelapa sawit, semua pihak harus dirangkul dari LSM, pemerintah, sampai dengan pelaku usaha.

Pendekatan yang dipakai juga harus dibedakan sesuai dengan keadaan geososial yang ada di setiap negara.

Salah satu cara untuk mendukung perkembangan industri kelapa sawit adalah dengan melakukan pembangunan berdasarkan pendekatan landskap. Hal ini diakui oleh Esselink sebagai solusi universal yang dapat diterima oleh semua pihak.

Menurutnya, perdebatan yang ada di Eropa sebenarnya bukan hanya untuk masyarakat Eropa saja, melainkan untuk keberlangsungan industri kelapa sawit di seluruh dunia.

Kelapa sawit merupakan penyumbang pendapatan terbesar non-minyak bagi Indonesia dan menghidupi sekitar 30 juta orang Indonesia secara langsung maupun tidak langsung.

Share This