The Palm Scribe

Indonesia Dipuji atas Kemajuan dalam Mengatasi Deforestasi

Konten Manajer The Palm Scribe, Bhimanto Suwastoyo, dipilih oleh Good Growth Governance UNDP untuk mengunjungi Peru bersama jurnalis lain dari seluruh dunia untuk melihat bagaimana Peru menyikapi industri kelapa sawit yang sedang berkembang. Artikel ini adalah salah satu dari serangkaian laporan darinya selama di Peru.

 

LIMA, Peru – Indonesia dipuji atas kemajuannya dalam pertempuran global melawan deforestasi dan ketidakberlanjutan saat pembukaan Good Growth Conference yang berlangsung di Lima, Peru pada hari Senin (13/5).

Dalam pidatonya di konferensi tersebut, Naoki Ishii, CEO dan Ketua Global Environment Facility (GEF) mengatakan bahwa dunia sedang menghadapi tantangan besar terkait dengan degradasi lingkungan alam, tetapi menambahkan bahwa ada juga beberapa “kemenangan” di sana sini.

“Sebagai contoh, moratorium kedelai di Amazon, Brasil yang telah mengurangi deforestasi di bioma ini. Indonesia juga mengalami penurunan deforestasi selama dua tahun berturut-turut berkat kebijakan moratoriumnya,” kata Ishii. Bioma adalah komunitas besar flora dan fauna alami yang menempati sebuah habitat utama.

GEF adalah sebuah kemitraan internasional dari 183 negara, lembaga internasional, organisasi sipil dan sektor swasta yang menangani masalah lingkungan global, termasuk melalui pemberian hibah dan mobilisasi skema pembiayaan secara bersama-sama.

“Di Indonesia dan Liberia, kami bekerja sama dengan kementerian pertanian, lingkungan, dan pemerintah daerah untuk meningkatkan standar keberlanjutan. Kami juga membantu melatih dan berbagi pengetahuan dengan petani kecil sehingga mereka dapat mengubah praktik mereka,” katanya.

Berbicara tentang petani kecil, Ishii mengatakan kepada The Palm Scribe bahwa organisasinya, dan beberapa lembaga lainnya berurusan dengan aspek lingkungan yang terkait dengan petani kecil. Ishii bertanggung jawab kepada pemerintah untuk memastikan bahwa petani skala kecil ini mendapatkan apa yang mereka butuhkan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik melalui praktik keberlanjutan, termasuk  dengan masalah penguasaan lahan dan akses pembiayaan.

“Saya pikir pemerintah harus memainkan peran yang lebih besar,” kata Ishii, sambil menambahkan bahwa keuangan memainkan peran penting dalam menjaga alam dan harus dicari cara-cara untuk membawa peraturan dan praktik keuangan ke dalam sebuah diskusi yang lebih bermakna. Selain itu, Ishii juga berpikir berbagai upaya harus dilakukan untuk mengubah masyarakat dan petani kecil menjadi agen perubahan, termasuk dengan membantu mereka mengatasi masalah yang mereka hadapi.

Ishii meminta konferensi tersebut untuk mencoba dan melihat bagaimana melakukan pekerjaan yang lebih baik guna mendukung pemerintah dan sektor swasta untuk menyelaraskan minat mereka sehingga dapat membangun sebuah momentum ‘untuk melampaui titik kritis’. “Hanya dengan bekerja bersama kita dapat dan akan menangkan pertempuran ini,” katanya.

Perwakilan PBB untuk Peru, María del Carmen Sacasa mengatakan pada konferensi yang sama bahwa tantangan keberlanjutan dan perubahan iklim “Tidak bisa dipandang dengan cara bisnis seperti biasa” dan bahwa tidak ada satu negara pun yang dapat mengatasi tantangan itu sendiri.

“Dari sudut pandang kami, tindakan kolektif adalah hal yang fundamental,” kata Sacasa.

Presiden Peru Martín Alberto Vizcarra Cornejo, dalam kesempatan itu mengatakan bahwa hingga 2017, negara itu telah kehilangan 10 persen dari cakupan hutannya. Ia juga mengatakan bahwa untuk memerangi deforestasi diperlukan tidak hanya kerja sama dan koordinasi antara lembaga-lembaga di Peru tetapi juga dengan negara-negara tetangga, karena negara ini memiliki bentangan hutan alam terbesar kedua di Amazon setelah Brasil dengan sekitar 73 juta hektar hutan alami.

“Ada langkah-langkah yang perlu diambil oleh negara kita secara internal, ada juga langkah-langkah yang perlu dilakukan bersama dengan negara-negara tetangga kita… kita perlu bekerja dengan Ekuador, Kolumbia, Brasil, Bolivia, Chili, semua negara dimana kita berbagi perbatasan, sehingga tindakan kita tidak berhenti di perbatasan saja,” kata Vizcara.

“Aliansi strategis di antara kita semua adalah satu-satunya cara untuk menghentikan dan mengembalikan situasi,” katanya merujuk pada hilangnya tutupan hutan.

Konferensi satu hari tersebut akan dilanjutkan dengan kunjungan selama empat hari ke beberapa bagian Amazon Peru, untuk belajar langsung tentang budidaya lokal, rantai produksi dan kearifan lokal dalam mengelola lingkungan.

Share This