Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengatakan bahwa produksi minyak sawit Indonesia pada kuartal I 2018 mencapai 10,41 juta ton atau naik 24 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2017.

Peningkatan produksi yang cukup signifikan ini disebabkan karena kwartal pertama di tahun lalu masih berada dalam masa pemulihan dari kekeringan yang diakibatkan El Nino di tahun 2015, serta luasan tanaman yang mulai menghasilkan juga mulai bertambah, GAPKI mengatakan dalam sebuah rilisnya di akhir pekan.
Produksi minyak sawit Indonesia di bulan Maret mencatatkan kenaikan sembilan persen menjadi 3,65 juta ton dibandingkan bulan sebelumnya karena hari kerja yang panjang dan cuaca yang mendukung.
GAPKI juga mencatat kenaikan ekspor minyak sawit Indonesia pada Maret 2018 sebesar kurang lebih satu persen dibandingkan bulan sebelumnya. Ekspor minyak sawit Indonesia ( tidak termasuk biodiesel dan oleochemical) mencapai 2,4 juta ton.
Kinerja ekspor yang relatif stagnan ini, menurut GAPKI, dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah India yang menaikkan pajak impor minyak nabatinya di awal Maret 2018 untuk CPO menjadi 44 persen dari semula hanya 30 persen dan untuk refined palm oil menjadi 54 persen dari semula 40 persen.
Kebijakan India yang menaikkan pajak impor minyak nabati, menyebabkan ekspor minyak sawit Indonesia ke India tergerus 33.440 ton atau turun sekitar delapan persen menjadi 408.650 ton di bulan Maret 2018 dibandingkan bulan sebelumnya.
Penurunan ekspor minyak sawit Indonesia pada Maret 2018 juga terjadi ke Bangladesh 59 persen, negara Timur Tengah 30 persen dan Pakistan 0,5 persen.
Sebaliknya, kenaikan volume ekspor pada bulan Maret terjadi dengan Uni Eropa sebesar 38 persen, Cina 16 persen, Amerika Serikat 11 persen serta beberapa pasar baru di Afrika membukukan kenaikan import mereka sebesar 38 persen.
Stok minyak sawit Indonesia di akhir Maret mencatat kenaikan 4,29 persen menjadi 3,65 juta ton dibandingkan di akhir Februari.