Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengatakan bahwa permintaan akan sawit Indonesia yang melemah di beberapa pasaran utama komoditi itu menekan harga minyak kelapa sawit Indonesia pada awal tahun ini.
Walaupun harga minyak kelapa sawit Indonesia memulai dua minggu pertama tahun 2018 dengan harga baik sekitar $675-$692,5 per ton metrik, harga ini kemudian melemah antara 3,33 persen dan 6,45 metric hingga mencapai $652.5 pada akhir Januari, GAPKI mengatakan dalam sem=buah rilis persnya bertangal 26 Maret 2018,

“Turunnya harga minyak sawit global dipicu lemahnya permintaan dari China dan negara negara Uni Eropa,” demikian bunyi rilis GAPKI tersebut.
Ekspor Minyak Sawit Mentah (CPO) Indonesia dan turunannya diluar biodiesel dan oleokemikal, hanya mencapai 2,74 juta ton di bulan January 2018 atau empat persen lebih tinggi dari bulan sebelumnya.
Perminatan CPO di China melemah 15% di bulan Januari menjadi 307.490 ton karena melimpahnya minyak kedelai. Permintaan yang melemah juga terjadi di negara negara Uni Eropa bulan itu, yaitu turun delapan persen menjadi 404.220 ton. Di Timur Tengah dan Afrika, permintaan turung masing masing sevesar 31% dan 10%.
Namun pelemahan itu diimbangi oleh kenaikan permintaan di beberapa pasar lainnya. permintaan pasar di Amerika Serikat meningkat dari 68% menjadi 193.470 ton di bulan Januari walaupun adanya pengenaan bea anti dumping disana. Di Bangladesh permintaan juga naik drastis sebesar 224% walaupun GAPKI tidak menyediakan volumennya.
India dan Pakisan keduanya juga mengalami peningkatan permintaan yang kecil di bulan Januari, yaitu masing masing sebesar satu persen dan tiga persen.
Di sektor biodiesel, permintaan domestik meningkatkan harga minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 14 persen menjadi 218,000 ton di bulan Januari sementara produksi malah menurun 10% dikarenakan masa panen yang telah berlalu.