The Palm Scribe

GAPKI Perkirakan Pertumbuhan 4,87% untuk Produksi Minyak Sawit di 2022

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) memperkirakan produksi minyak sawit nasional di tahun 2022 akan mengalami pertumbuhan sebesar 4,87 persen mencapai 49 juta ton minyak sawit mentah (CPO) dan 4,8 juta ton minyak inti sawti (PKO)
Pertumbuhan ini, menurut sebuah siaran pers GAPKI, akibat pemupukan yang terkendala di tahun 2021 menyusul kelangkaan dan kenaikan harga pupuk, serta juga cuaca ekstrim basah di awal tahun ini.
GAPKI memperkirakan konsumsi minyak sawit untuk pangan di tahun 2022, akan naik dengan laju yang hampir sama menjadi sekitar 800 ribu ton/bulan atau 9,6 juta ton per tahun, sementara untuk oleokimia konsumsi diperkirakan akan mendatar sekitar 180.000 ton per bulan seperti dalam enam bulan terakhir di 2021 hingga mencapai 2,16 juta ton untuk keseluruhan tahun.
Konsumsi untuk biodiesel akan bergantung pada program mandatori biodiesel yang ditetapkan pemerintah. Sesuai proggram tahun 2022, program mandatori B30 dengan konsumsi bioldiesel 2022 diperkirakan 8,83 juta ton.
Degan demikian, konsumsi dalam negeri 2022 diperkirakan sekitar 20,59 juta ton. Dengan produksi 53,8 juta ton dan konsumsi dalam negeri 20,59 juta ton maka volume untuk ekspor diperkirakan adalah 33,21 juta ton atau turun sekitar tiga persen dari tahun 2021.
Produksi nasional CPO di tahun 2021 mencapai 46,888 juta ton atau 0.31 persen lebih rendah dari pencapaian 2020 dengan faktor keterbatasan pemupukan di tahun 2019 dan 2020 serta faktor cuaca diduga beraga dibalik  penurunan produksi ini.
Konsumsi minyak sawit dalam negeri 2021 mencapai 18,422 juta ton atau enam persen lebih tinggi dari komsumsi tahun 2020 sedangkan konsumsi untuk pangan naik enam persen, oleokimia 25 persen, dan biodiesel dua persen.
Konsistensi pemerintah Indonesia dalam penerapan program mandatori biodieselnya ikut mengurangi pasokan dan mempengaruhi pasar ekspor minyak nabati dunia. Ekspor produk minyak sawit Indonesia 2021 yang mencakup CPO, olahan CPO, PKO, oleokimia, dan biodiesel mencapai 34,2 juta ton atau naik hanya 0.6 persen dari pencapaian ekspor 2020.
Rendahnya kenaikan ini disebabkan keterbatasan pasokan, harga yang tinggi dan makin kecilnya perbedaan  harga minyak sawit dengan minyak nabati lainnya terutama minyak kedelai.
Kenaikan volume ekspor 2021 dari 2020 hanya 0,6 persen, mencapai $35 miliar atau 52 persen lebih tinggi dari nilai expor 2020. Kenaikan nilai ini didukung oleh rerata harga 2021 yang mencapai $1.194 per ton atau 67 persen lebih tinggi dari rerata 2020.
Share This