The Palm Scribe

GAPKI Pastikan Tak Ada Eksploitasi Pekerja Wanita Pada Perkebunan Mereka

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memastikan bahwa tidak terdapat eksploitasi pekerja sawit wanita pada perusahaan anggotanya dan akan memastikan seluruh perusahaan anggotanya untuk mengikuti praktik kerja layak dan mematuhi serta memenuhi seluruh Peraturan Tenaga Kerja Indonesia.

Pernyataan ini mengacu pada laporan investigasi yang dirilis oleh Associated Press (AP) minggu lalu yang memberitakan adanya perlakuan brutal terhadap wanita dalam produksi minyak sawit, termasuk kasus pelecehan seksual dan tindakan asusila terhadap pekerja wanita di sebuah perkebunan sawit.

“Kami memastikan bahwa perusahaan sawit yang menjadi anggota GAPKI telah menyediakan lingkungan kerja yang kondusif dan layak bagi para pekerja di perkebunan sawit,” ujar Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono dalam siaran pers yang diunggah di laman resmi GAPKI. 

GAPKI juga telah memastikan bahwa seluruh anggota perusahaannya mematuhi dan memenuhi semua peraturan Tenaga Kerja Indonesia, dan mempromosikan praktik kerja layak, termasuk enam agenda fokus GAPKI dan mitra kerjanya. 

“Ada enam agenda yang menjadi perhatian GAPKI dan mitra kerjanya: 1) status pekerja; 2) dialog sosial; 3) perlindungan anak dan pekerja perempuan; 4) pengupahan; 5) keselamatan dan kesehatan kerja (K3); dan 6) mendorong pengawasan oleh pemerintah,” tutur Joko.

Praktik kerja layak tersebut juga dilaksanakan GAPKI bersama dengan International Labour Organisation (ILO) dan beberapa LSM internasional lainya. 

Joko juga memastikan bahwa GAPKI berkomitmen untuk menerapkan prinsip keberlanjutan sesuai standar dan kriteria Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) meliputi persyaratan legalitas yang jelas mencakup syarat untuk kesehatan, keselamatan kerja, dan hak pekerja untuk memastikan perlakuan yang adil kepada para pekerja.

Selain itu, Joko juga merasa apabila jurnalis AP dapat mengunjungi kebun perusahaan anggota GAPKI, maka mereka dapat melihat situasi yang lebih positif dibandingkan dengan keadaan yang ditemuinya dan dilaporkannya.

“Insiden yang digambarkan dalam artikel AP adalah sesuatu yang tidak dapat diterima oleh anggota GAPKI. Kami percaya jika jurnalis AP mengunjungi kebun perusahaan dari anggota GAPKI, mereka akan menemukan situasi di mana perempuan mendapatkan kesempatan dan peran yang positif,” tutup Joko.

Baca lebih banyak tulisan oleh Didiet Nugraha.
Industri perhutanan? Kunjungi The Forest Scribe.
Share This