Asosiasi Produsen Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mendesak pemerintah untuk bertindak tegas dan memberikan sanksi terhadap produk makanan berlabel “Bebas Minyak Kelapa Sawit” yang saat ini bisa ditemukan di gerai-gerai tertentu di Jakarta, kata juru bicaranya pada Senin (26/8).
“Kami menghargai langkah yang diambil oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melarang distribusi produk-produk berlabel bebas minyak kelapa sawit. Berdasarkan penyelidikan kami, ada dua jenis produk, yang pertama adalah barang impor, dan yang lainnya adalah produk buatan lokal,” ujar Tofan Mahdi, kepala bagian komunikasi GAPKI kepada The Palm Scribe.
Mahdi menambahkan bahwa barang-barang impor tersebut awalnya tidak membawa label seperti itu ketika mereka pertama kali masuk Indonesia, namun dalam mata rantai proses distribusinya, label itu kemudian ditambahkan (dengan stiker).
“Sedangkan untuk produk lokal, setelah kami berbicara dengan produsennya, mereka mengatakan itu hanya digunakan sebagai alat pemasaran dan mereka tidak tahu bahwa apa yang mereka lakukan tersebut merugikan industri minyak sawit Indonesia dan telah meminta maaf,” kata Mahdi.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pekan lalu mengeluarkan larangan distribusi makanan dan minuman dengan label “Bebas Minyak Kelapa Sawit”, dengan mengatakan bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan peraturan BPOM. Produk yang dimaksud diantaranya, granola bar, biskuit lemon, dan biscotti.
“Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) tidak menyetujui pendaftaran produk dengan klaim bebas minyak kelapa sawit,” kata Kepala BPOM Penny Lukito, seperti dikutip beberapa media lokal pekan lalu.
Menurut BPOM, pencantuman label produk makanan harus sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM No. 31 tahun 2018, yang mengatakan bahwa label yang termasuk dalam dan atau pada kemasan makanan harus memenuhi label yang disetujui pada saat izin distribusi.
Menurut Tofan Mahdi, hal ini bukan insiden baru karena kasus yang sama terjadi beberapa tahun lalu di Jakarta dan Bali.
“Kami memahami bahwa ini adalah bagian dari kampanye hitam untuk merusak potensi minyak sawit Indonesia. Ini bukan yang terakhir,” katanya kepada The Palm Scribe.
Minyak kelapa sawit Indonesia telah sering diserang, terutama dari negara-negara penghasil minyak non-kelapa sawit, dengan menyebutkan bahwa komoditas tersebut berada di belakang deforestasi besar-besaran di negara-negara tropis. Namun, para kritikus tersebut telah gagal menyebutkan bahwa produk minyak sawit berkelanjutan yang bersertifikasi ada dan bahwa tanaman pengganti mana pun akan membutuhkan lebih banyak lahan untuk dapat menghasilkan jumlah minyak yang setara jumlahnya dengan minyak sawit.