Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengatakan bahwa mereka telah mengambil inisiatif membentuk divisi perlindungan api di setiap perusahaan perkebunan anggotanya sebagai baagian dari komitmennya kepada kelapa sawit berkelanjutan.
“Untuk mitigasi di lapangan, GAPKI berinisiatif membentuk divisi fire-protection di setiap perusahaan perkebunan anggota dan membangun 560 desa siaga api,” GAPKI mengatakan dalam sebuah siaran pers yang diterima The Palm Scribe pada Jumat (8/11).
Desa siaga api adalah desa yang memiliki kapasitas dan sumberdaya manusia terlatih, serta peralatan memadai untuk dapat menangani api yang muncul di daerah mereka dengan cepat.
“Di bidang pencegahan, anggota GAPKI membangun inisiatif berbasis masyarakat, seperti pembentukan masyarakan peduli api, program nelayan bebas api, dan berbagai inisiatif lainnya,” demikian siaran pers tersebut menambahkan.
Di musim kering, ketika api seringakali timbul, GAPKI banyak mengambil upaya intensif seperti pembagian masker kepada masyarakat luas, pemberian bantuan air bersih untuk atasi kekeringan, pembuatan kantong-kantong air, pembuatan sekat bakar dan pemadaman api. GAPKI juga menekankan bahwa semua upaya pencegahan maupun pemadaman api selalu mengikut sertakan masyarakat.
“Dengan pemberdayaan masyarakat, tercipta kesadaran masyarakat mengenai karthutla dan swadaya masyarakat, untuk pemetaan titik rawan api, pembentukan satuan siaga karhutla, patroli api, dan pemadaman api jika terjadi karhutla,” organisasi tersebut menambahkan.
“Ini adalah tujuan terpenting dari kebijakan mitigasi karhutla GAPKI, yaitu menjadikan masyarakat sebagai kunci mitigasi karhutla,” GAPKI mengatakan.
Organisasi produsen kelapa sawit tersebut juga menambahkan bahwa ia memberikan perhatian penuh pada karhutla dengan memberikan dukungan penuh kepada usaha pemerintah dalam menangani kebakaran hutan dan lahan ini. GAPKI juga menekankan bahwa hanya tujuh persen dari kebakaran yang terjadi antara Januari dan Agustus 2019 yang ditemukan di lahan konsesi perusahaan sawit sedangkan lebih dari 80 persen berada di luar areal konsesi sawit.
GAPKI mengatakan menerapkan kebijakan zero-burning yang tegas bagi pembukaan lahan kepada anggotanya.
“GAPKI berkomitmen untuk sepenuhnya membangun industri sawit yang berkelanjutan melalui Indonesia Sustainable Palm Oil/ISPO dan memastikan semua inisiatif dilakukan dengan masyarakat sehingga ada keikutsertaan masyarakat secara penuh,” tambahnya.