The Palm Scribe

Disclosure Insight Action (CDP) Mendorong Transparansi Industri Sawit


Industri kelapa sawit diwarnai beragam aktor dan pemain yang semuanya saling terkait dan terlibat dalam mencapai tujuan keberlanjutan. Para pemain ini menjalankan peran masing-masing, selain untuk mendapatkan keuntungan, juga untuk membantu petani menjadi lebih sejahtera, serta berkontribusi kepada kelestarian lingkungan.

Salah satu aktor tersebut adalah CDP (dahulu disebut Proyek Pengungkapan Karbon) yang memiliki visi menciptakan dunia dengan ekonomi yang berkembang secara sehat dan dapat menjamin keberlanjutan manusia dan bumi dalam jangka panjang.

Dalam seminar CDP-LTKL dengan tema “Percepatan Implementasi Komitmen Minyak Sawit Berkelanjutan” yang diadakan di Jakarta (14/3), organisasi yang berbasis di Inggris tersebut mengungkapkan bagaimana mereka membantu berbagai komoditas menjadi lebih berkelanjutan dengan menyediakan sebuah platform pengungkapan data secara mandiri.

Melalui platform tersebut, CDP berupaya mendukung dan mengadvokasi pengurangan emisi, menghindari deforestasi, menjamin ketersediaan air, serta membangun ketahanan terhadap perubahan iklim.

“CDP fokus pada investor, perusahaan, pemerintah nasional dan daerah, sehingga mereka dapat mengambil tindakan penting untuk membangun ekonomi yang benar-benar berkelanjutan. Kami mendukung pengambilan keputusan dan tindakan dengan menawarkan pengungkapan sistem data secara global yang memungkinkan perusahaan, kota, negara, untuk mengukur dan mengelola dampak lingkungan mereka sendiri,” Direktur Kehutanan CDP Morgan Gillespy, mengatakan kepada The Palm Scribe dalam sebuah wawancara eksklusif.

Selama 17 tahun terakhir ini, organisasi dengan kantor dan mitra di 50 negara ini sudah menghimpun data lingkungan cukup komprehensif, yang dipergunakan oleh investor bernilai lebih dari $100 triliun, dan juga pembuat kebijakan di seluruh dunia.

“Kami ingin membuat pelaporan lingkungan dan memberikan informasi terperinci soal bagaimana mendorong tindakan yang diperlukan untuk dunia yang aman bagi iklim, air, juga bebas deforestasi,” kata Gillespy.

Sejak 2013, upaya CDP di sektor kehutanan difokuskan pada deforestasi yang didorong oleh komoditas rantai nilai dengan melibatkan berbagai perusahaan yang memproduksi kedelai, kayu, daging sapi, minyak kelapa sawit dan karet. CDP memberikan informasi kepada investor dan perusahaan tentang usaha mereka untuk mencegah deforestasi serta melindungi hutan.

Karena pengungkapan data adalah inti dari organisasi ini, CDP akan meminta setiap perusahaan, kota, wilayah, mengenai dampak dan ketergantungan yang mereka miliki terhadap hutan, sekaligus strategi apa yang mereka miliki untuk mengelolanya. Dengan demikian, mereka dapat secara langsung mempengaruhi peningkatan kinerja terhadap lingkungan dan mendorong peningkatan keberkelanjutan pada setiap perusahaan setiap tahunnya.

Dengan fokus pada transparansi, penilaian risiko, peluang, tata kelola, dan implementasi, memberikan kerangka kerja yang jelas untuk pengambilan tindakan oleh pemangku kepentingan di sektor minyak kelapa sawit. Sistem pengungkapan CDP telah menunjukkan bahwa melalui penyediaan data tahunan, baik investor dan perusahaan dapat lebih memahami, mengelola, dan mengurangi risiko deforestasi sambil memanfaatkan peluang yang mereka miliki.

Tabel 1. Perkembangan CDP sejak tahun 2002

Kategori 2002 2019
Jumlah investor 35 540+
Total aset investor US$ 4.5 triliun US$ 96 triliun
Jumlah perusahaan responden 245 7000+
Jumlah anggota rantai pasokan 0 110+
Jumlah kota yang melaporkan data terkait lingkungan 0 620+
Jumlah negara bagian dan daerah yang melaporkan data terkait lingkungan 0 120+

Khusus di industri minyak sawit, CDP telah melakukan pendataan bagaimana perusahaan dapat mengukur, mengelola, dan mengurangi dampak terhadap lingkungan. Penelitian secara independen menemukan bahwa perusahaan yang mengukur dan mengungkapkan emisi ke CDP dapat mencapai pengurangan emisi yang lebih besar dari yang semula direncanakan.

“Di sektor minyak kelapa sawit, kuestioner kehutanan CDP bertujuan untuk menciptakan kesadaran melalui proses pengungkapan data. Berangkat dari data yang dilaporkan, hingga akhirnya mengarah pada tindakan nyata untuk mengatasi risiko deforestasi dan mewujudkan peluang bisnis yang sesuai dengan praktik yang lebih berkelanjutan,” kata Gillespy.

“Dari analisis awal CDP, hanya 43 persen responden yang memiliki rencana manajemen risiko iklim, namun kini telah meningkat menjadi 71 persen pada tahun ketiga,” tambahnya.

Pada 2017, CDP meluncurkan kuestioner kehutanan untuk rantai pasokan, sehingga memungkinkan organisasi pembelian mengelola risiko dan peluang secara lebih baik melalui pengungkapan data pemasok. Pada 2018, 14 anggota organisasi pembelian meminta pemasok melapor ke CDP, yang ditanggapi oleh lebih dari 305 pemasok, sebuah peningkatan yang cukup dramatis.

Hal menggembirakan lainnya, banyak pemasok yang merespons pada 2018 berasal dari wilayah berisiko tinggi deforestasi: 68 pemasok merespons dari Brasil, dan ada peningkatan keterlibatan dari Indonesia dimana 50 pemasok memproduksi atau mencari minyak kelapa sawit.

Di Indonesia, proyek Power of Procurement CDP fokus pada menghilangkan deforestasi dari rantai pasokan minyak kelapa sawit sementara di Amerika Selatan, Eropa dan Cina fokus pada deforestasi terkait dengan aliran produk ternak dan kedelai.

Mengapa perusahaan bersedia mengungkapkan data mereka ke CDP, dan keuntungan apa yang didapat perusahaan tersebut?

“Permintaan informasi CDP didukung oleh investor atau pembeli, untuk kemudian digunakan guna mendukung proses pengambilan keputusan mereka. Misalnya, pembeli telah menggunakan permintaan informasi rantai pasokan CDP untuk mengambil keputusan pengadaan mereka, hal ini akan mendorong dan memberi insentif kepada perusahaan pemasok agar berkinerja baik dalam mengungkapkan data mereka,” kata Gillespy.

“Manfaat lain yang dapat dilihat oleh perusahaan dari pengungkapan kepada CDP meliputi: manajemen bisnis yang baik, meningkatkan reputasi perusahaan, mengkomunikasikan informasi kepada berbagai pemangku kepentingan, kesempatan untuk melakukan tolok ukur terhadap pesaing dan rekan-rekan sektor, dan mempersiapkan kepatuhan terhadap peraturan di masa depan,” tambahnya.

Hal penting yang harus dicatat, CPD tidak memverifikasi data yang dilaporkan. Metodologi penilaian CDP memberikan nilai tambahan kepada perusahaan yang mendapatkan verifikasi pihak ketiga atas data dan sekaligus melaporkan standar verifikasi yang digunakan.

Berdasarkan data CDP, 45 persen perusahaan mengidentifikasi bahwa kompleksitas rantai pasokan adalah tantangan utama dalam menghilangkan deforestasi dari rantai nilai mereka. Kompleksitas ini membuat ketertelusuran menjadi sangat menantang bagi perusahaan yang menghadapi konsumen yang sangat peduli terhadap risiko reputasi.

Data CDP dari tahun 2018 menyatakan bahwa 69 perusahaan yang dilaporkan memproduksi minyak kelapa sawit dari Indonesia, hanya empat persen perusahaan yang dapat melacak sampai 100 persen minyak sawit mereka hingga ke pabrik, sementara empat persen lainnya bisa melacak 100 persen minyak sawit mereka hanya hingga ke perkebunan.

Tabel 2. Penilaian CDP untuk perusahaan kelapa sawit yang beroperasi di Indonesia dan kawasan

Perusahaan Nilai 2018
Golden Agri Resources A-
Musim Mas B
Olam B
IOI Corporation, Bhd B
Asian Agri B-
Wilmar B-
Cargill C
Bumitama Agri C

“Sebanyak 35 persen perusahaan setuju bahwa peluang terbesar yang terkait dengan kelapa sawit terletak di rantai pasokan mereka. Dari perspektif CDP, kami mendorong perusahaan untuk memperkuat rantai pasokan mereka dengan berinvestasi dalam mengembangkan kapasitas produsen dan perusahaan kecil dan menengah. Ini penting mengingat kontribusi signifikan petani kecil dalam produksi minyak sawit di Indonesia,” kata Gillespy.

Karena semakin banyak perusahaan, kota, negara bagian, dan wilayah yang menyadari manfaat dari tindakan nyata, CDP yakin bahwa dalam lima hingga sepuluh tahun dari sekarang akan semakin banyak organisasi yang mau bergabung tetapi tetap masih ada beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

“Pertama, masalah lingkungan perlu mendukung setiap keputusan yang diambil oleh perusahaan, kota, dan investor. Pertimbangan seputar dampak iklim, pengelolaan air, dan penggundulan hutan harus hadir di setiap ruang rapat perusahaan besar di dunia, setiap balai kota dan kantor gubernur,” ujar Gillespy.

Dengan perhatian yang lebih besar pada tata kelola iklim, diharapkan informasi tentang iklim bisa diintegrasikan ke dalam laporan keuangan setiap perusahaan di masa yang akan datang.

“Transisi menuju ekonomi berkelanjutan juga akan membutuhkan pergerakan modal finansial dalam jumlah besar ke arah investasi rendah karbon dan penggunaan air yang tidak intensif. Investasi triliunan dolar sudah menunggu, tetapi ini tidak dapat dilakukan tanpa informasi yang benar, seperti yang dilakukan oleh CDP”, pungkasnya

Share This