
Pelaksanaan debat calon presiden putaran kedua yang dilaksanakan pada hari Minggu, 17 Februari 2019 mulai membahas isu-isu seputar Lingkungan Hidup, Sumber Daya Alam (SDA) serta Energi dan Pangan.
Debat yang hanya diikuti oleh kedua calon presiden tanpa wakilnya tersebut, berlangsung seru karena pertanyaan yang diberikan oleh panelis yang kebanyakan berasal dari para akademisi itu menyinggung banyak hal penting yang berhubungan dengan SDA dan energi, serta pada sebuah segmen khusus membahas perihal isu kelapa sawit.
Pertanyaan yang dilemparkan oleh pemandu debat Tommy Tjokro, yang menanyakan bagaimana sikap kedua kandidat calon presiden terhadap isu sawit yang “Walaupun merupakan sebuah komoditas strategis karena memberikan devisa terbesar bagi Indonesia, namun masih menyisakan berbagai dampak sosial dan ekonomi”.
Capres Prabowo Subianto yang diberikan kesempatan pertama untuk menjawab pertanyaan tersebut, menyatakan bahwa kelapa sawit adalah komoditas yang penting dan menjanjikan untuk Indonesia.

“Kita akan memanfaatkan produk-produk sawit untuk biofuel dan biodiesel, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani kita yang sekarang sedang jatuh,” jelasnya, sambil menambahkan bahwa usaha Indonesia saat ini yang sudah mampu memproduksi B20 harus ditingkatkan lagi, sambil menyebut contoh Brazil yang sudah mampu memproduksi hingga B90.
“Kita harus konsekuen meningkatkan kesejahteraan petani, untuk itu perlu melaksanakan Perkebunan Inti Rakyat (PIR) dimana petani plasma jumlahnya lebih banyak sehingga rakyat dapat memperoleh hak-hak atas kerja keras dari produk mereka,” ujarnya.
Perkebunan Inti Rakyat (PIR) adalah suatu sistem pola pengembangan di wilayah lahan bukaan baru dengan perkebunan besar sebagai inti yang membangun dan membimbing perkebunan rakyat disekitarnya sebagai plasma dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan dan berkelanjutan.Pola ini pertama kali diperkenalkan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto di tahun 1970an.
Menurut GAPKI, sumbangan devisa dari minyak sawit Indonesia pada 2018 diperkirakan mencapai 20.54 miliar dollar, turun11 persen dibandingkan 2017 yang mencapai 22.97 miliar dollar.
Sebagai tanggapan, petahana Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa produksi sawit Indonesia telah mencapai 46 juta ton per tahun, serta melibatkan sedikitnya 16 juta petani, suatu jumlah yang sangat banyak.
“Produksi B20 sudah mencapai 98 persen dan sekarang Indonesia menuju B100, sehingga total produksi sawit nanti akan masuk kepada biofuel, supaya kita tidak mengalami ketergantungan impor minyak,” jelas Presiden Jokowi.