The Palm Scribe

CPOPC Harus Lebih Proaktif Kampanyekan Minyak Sawit Diantara Konsumen

Menteri negara anggota Dewan Negara Produsen Minyak Sawit (CPOPC) meminta organisasi ini agar lebih proaktif mengkampanyekan minyak sawit, termasuk di negara-negara konsumen, sebagai bagian dari usaha menangkal kampanye negatif terhadap komoditas ini di beberapa pasar utamanya.

“Para menteri mendorong CPOPC untuk lebih proaktif dalam melancarkan kampanye positif di negara-negara konsumen dan produsen,” CPOPC mengatakan dalam sebuah pernyataan persnya yang dirilis setelah berakhirnya Pertemuan Menteri CPOPC ke 8 pada tanggal 26 Februari 2021.

Pernyataan itu menambahkan bahwa para menteri berpendapat kampanye tersebut tidak saja menggunakan pendekatan defensif, “tetapi juga mengedukasi konsumen dalam menggunakan standar umum dalam mengukur keberlanjutan yang didasarkan atas tiga dimensi keberlanjutan, yaitu lingkungan, ekonomi dan sosial, selaras dengan SDGs.”

Pernyataan yang diterbitkan menyusul pertemuan yang diadakan secara virtual ini, juga menyebutkan bahwa para menteri menganggap sebagai “kekhawatiran khusus” semakin digunakannya label “ bebas minyak sawit” untuk mendiskriminasi minyak sawit, strategi pemasaran beberapa produk dan pelanggaran terang-terangan dari perdagangan yang adil.

“Kampanye positif juga harus dialamatkan kepada generasi muda, sehingga mereka memiliki pemahaman yang objektif dan menyeluruh mengenai minyak sawit dan minyak nabati lainnya,” para menteri itu mengatakan.

Pertemuan menteri itu juga membentuk Komite Ilmiyah CPOPC yang beranggotakan pakar dari negara anggota, sebagai langkah penting dalam menjamin program penelitian yang berdampak luas dan menguntungkan bagi semua pemangku kepentingan, termasuk petani kecil.

“Hasil dari penelitian khusus akan konstruktif bagi, dan terkait erat, dengan tercapainya kampanye yang lebih efektif dan berdampak sebagai naratif tandingan dalam sebuah kampanye berbasis ilmu pengetahuan yang intensif,”ujar pernyataan tersebut.

Keanggotaan CPOPC meliputi Indonesia dan Malaysia, kedua negara produsen minyak sawit terbesar di dunia yang menyumbangkan lebih dari 85 persen pasokan minyak sawit global.

Namun, pertemuan menteri ini juga dihadiri oleh pejabat tinggi dari sejumlah negara produsen minyak sawit lainnya seperti Kolombia, Ghana, Papua Nugini dan Honduras. Negara negara ini berencana, atau malah sedang dalam proses, bergabung sebagai anggota CPOPC.

Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Mohammad Khairuddin Aman Razali menggarisbawahi pentingnya negara produsen minyak sawit untuk memperkuat kerjasama mereka dalam menghadapi tantangan-tantangan yang akan datang.

Khairuddin mengutip sebuah pernyataan oleh Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin bin Hj. Mohd. Yassin yang diutarakan ketika berkunjung ke Indonesia awal bulan Februari, yang menekankan pentingnya melawan kampanye anti-minyak sawit oleh Uni Eropa.

“Jadi, adalah penting bagi negara anggota dan pemerhati untuk melawan kampanye anti minyak sawit, terutama di Uni Eropa, dengan menggunakan platform CPOPC,” ujarnya.

Sementara itu Menteri Koordinator untuk Urusan Ekonomi Indonesia, Airlangga Hartarto menekankan pentingnya bagi Indonesia dan Malaysia untuk mempercepat implementasi program biodiesel mereka dalam mengurangi tekanan terhadap harga minyak sawit.

Indonesia sedang menjalankan kewajiban penggunaan campuran biodiesel B30 sementara Malaysia sedang akan meluncurkan program B20nya.

Menurut Airlangga, CPOPC diharapkan akan meningkatkan usahanya dalam menjamin harga minyak sawit yang mencukupi, memperbaiki standar-standar keberlanjutan, mendorong dukungan yang lebih kuat bagi petani skala kecil dan juga solidaritas dan aliansi yang lebih kuat diantara negara produsen dalam mempertahankan kepentingan bersama mereka di semua forum dan negara konsumen utama mereka.

Organisasi ini, menurutnya, juga harus memperjuangkan standar bagi semua minyak nabati di semua organisasi internasional berdasarkan tujuan-tujuan pembangunan yang disetujui secara internasional, seperti Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Perserikatan Bangsa Bangsa, ujarnya.

Pertemuan tingkat menteri itu juga menyarankan agar CPOPC terus mengusahakan pengarusutamaan usaha-usaha mendukung petani kecil dari industri ini, termasuk melalui Program Outreach Petani Kecil yang mengikutsertakan petani skala kecil di Asia Pasifik, Amerika Latin, Amerika Tengah dan Afrika dan bertujuan membentuk platform aliansi global petani kecil .

“Platform ini akan memungkinkan para petani kecil untuk saling berinteraksi dan membahas isu-isu yang relevan dalam mempercepat pencapaian SDGs 2030, termasuk menyuarakan suara mereka, mendorong kerjasama dalam penelitian dan pengembangan dan juga pelatihan.”

Aliansi global negara-negara produsen juga harus didasari atas dukungan penuh dan aktif dari petani kecilnya. Seperti termaktub dalam piagamnya, CPOPC komit dalam mendukung kapasitas dan kesejahteraan petani sawit skala kecil.

Baca lebih banyak tulisan oleh Bhimanto Suwastoyo.
Industri perhutanan? Kunjungi The Forest Scribe.
Share This