Niat baik politisi partai “milenial” Partai Solidaritas Indonesia (PSI) untuk membela tidak saja mata uang rupiah tetapi juga usaha meningkatkan pendapatan negara sayangnya tersandung oleh pilihan perumpamaannya – kelapa sawit – sebuah komoditi dan industrinya yang merupakan topik sensitif bagi berbagai pihak.
Dalam video singkatnya berjudul “Dolar Naik Bikin Gadget Mahal? ada Solusi” yang diunggah di media sosial, partai baru ini memaparkan dukungannya terhadap industri sawit yang dikatakannya ikut menstabilkan rupiah melalui ekspornya.
Video berdurasi 46 detik yang diunggah di akun Facebook PSI pada Kamis 13 September in mengatakan bahwa dolar naik bikin harga gadget mahal, tapi sawit bisa menjadi solusinya
“Makanya dukung ekspor komoditas kita terutama sawit, ekspor sawit menyumbang devisa, kita berharap industri sawit diringankan dari berbagai biaya sehingga ekspor sawit bisa melesat lebih kencang, so dollar naik kalem aja enggak usah panik,” demikian terdengar dikatakan dalam video tersebut.
Video dan pernyataan yang dikandung didalamnya segera menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan, temasuk dari organisasi pendekar lingkungan seperti WALHI, yang dengan berang mencap PSI sebagai telah mengadang-gadang model ekonomi yang usang dan rapuh.
Dalam tanggapan panjangnya WALHI menilai PSI telah mengaburkan fakta buram perkebunan sawit dan industri sawit kepada publik, khususnya kaum muda, dan menuduh pengurus PSI gagal paham terhadap persoalan mendasar sawit di Indonesia dan bahkan dalam konteks global.
Klarifikasi pengurus PSI bahwa partai mendukung “Sawit Putih” dan anti “Sawit Hitam” segerapun ditepis WALHI dengan mengatakan bahwa Sawi Putih atau sawit berkelanjutan itu tidak ada dan hanyalah sebuah mitos.
Terlepas dari substansi permasalahannya, penggunaan sawit sebagai alat untuk mencapai tujuan jelas merupakan tindakan yang gegabah.
Kelapa sawit, dan industrinya sudah cukup lama menjadi bulan-bulanan berbagai kritikan dan tuduhan yang datang dari segala arah secara bertubi-tubi dan menerus.
Kelapa sawit dan industrinya merupakan topik sensitif yang dalam kondisi apapun, kini perlu ditangani dengan sangat hati hati.
Walaupun secara umum, serangan-serangan terhadap industri sawit — yang dituduh sebagai perusak lingkungan, pendorong deforestasi serta banyak melibatkan pelanggaran hak hak azasi manusia, baik bagi pekerja maupun keluarganya dan juga bagi masyarakat disekitar perkebunan sawit — kebanyakan datang dari negeri seberang yang tidak memiliki tradisi membudidayakan sawit, namun di dalam negeri, lembaga lembaga swadaya masyarakat yang berkecimpung dalam sektor lingkungan dan keberlanjutan tak kalah gencarnya dalam menyerang.
Membicarakan topik sawit secara serius sudah pasti segera akan memicu perdebatan antara pro-dan kontra yang seru. Apalagi mengangkat masalah sawit dengan ringan dan dikaitkan dengan argumentasi yang sangat rapuh pula.
Mengangkat masalah sawit tanpa pikir panjang hanya akan memancing keributan saja dan hal ini harus disadari tidak saja oleh jajaran PSI tetapi juga masyarakat pada umumnya.
Permasalahan sawit sudah cukup rumit. Janganlah dibuag lebih rumit lagi.