
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa Indonesian bagian Barat, termasuk Sumatra dan Kalimantan yang kini terpapar kebakaran hutan dan lahan yang meluas, baru akan memasuki awal musim hujan pada bulan Oktober. Namun demikian, di akhir pekan ini potensi pembentukan awan hujan di Kalimantan sangat besar, dan karenannya dapat dilakukan pembibitan awan dan teknologi modifikasi cuaca.
“Wilayah Indonesia bagian Barat akan memasuki awal musim hujan pada bulan Oktober dengan kategori menengah pada provinsi rawan karhutla…pada tanggal 20 September 2019, Potensi Pembentukan Awan Hujan tinggi di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tenggara dan sebagian wilayah Kalimantan Tengah di bagian Barat dan Utara. Semoga berhasil dilakukan pembibitan awan dan teknologi modifikasi cuaca,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam emailnya kepada The Palm Scribe, Kamis (19/9.)
Dwikorita juga mengatakan bahwa awal musim hujan bagi sebagian besar wilayah Indonesia, tahun ini diperkirakan mundur 10 hingga 30 hari. Daerah yang terdampak disebutkan termasuk Sumatera Utara, sebagian besar Riau, Jambi bagian tengah, sebagian besar Sumatera Selatan, sebagian kecil Lampung, dan sebagian besar Jawa.
Jambi, Riau dan Sumatra Selatan di Pulau Sumatra dan Kalimantan Tengah dan Barat di Pulau Kalimantan memiliki jumlah tertinggi kebakaran hutan dan lahan beberapa minggu terakhir ini, sehingga menghasilkan asap pekat yang menyebar hingga menutupi langit di beberapa negara tetangga dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan maupun perhubungan.
Dalam sebuah rilis yang juga dikirimkan kepada The Palm Scribe, BMKG mengatakan bawa pada bulan ini, Aceh dan Sumatra Utara, sebagian Sumatra Barat, dan sebagian Kalimantan Barat sudah mendapatkan hujan tetapi dengan kategori menengah.
Pada awal Oktober, hujan dengan kategori tinggi akan turun di Aceh dan Sumatra Utara, sementara di daerah Indonesian Barat lainnya, hujan masih akan turun dengan kategori menengah saja. Sebagian besar wilayah Indonesia bagian Barat diperkirakan sudah memasuki musim hujan di bulan November dan bulan berikutnya, dimana seluruh wilayah Indonesia diperkirakan sudah akan menerima hujan dengan kategori tinggi sampai sangat tinggi.
BMKG mengatakan akan terus memonitor potensi pertumbuhan awan dalam skala lokal melalui peralatan pengamatan atmosfer seperti Radar Cuaca dan Rawinsonde serta menggunakan komputasi dari Modelling untuk mengetahui potensi pertumbuhan awan hujan.
Pembibitan awan biasanya dilakukan melalui penyebaran natrium klorida dengan menggunakan pesawat terbang yang akan memicu reaksi kimia yang membantu kondensasi awan.