Ketika saya menyaksikan Leonardo DiCaprio berdiri di hadapan orang banyak di sebuah taman di NYC tahun ini, berbicara tentang perlunya tindakan mendesak terhadap perubahan iklim dengan cara mengurangi jumlah asupan daging dalam makanan kita sehari-hari, harus diakui sarkasme dalam diri saya mulai muncul. Saya kemudian berkata pada diri sendiri, sepertinya saya pernah mendengar hal ini sebelumnya, jadi apanya yang baru?
Mungkin karena yang sedang beribacara adalah seorang selebriti yang lebih muda dan lebih populer, tetapi jika Anda membaca laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) terbaru, penyebab perubahan iklim tetap sama selama ini: sebagian besar karena keinginan kita yang tak terpuaskan untuk mengonsumsi daging.
Satu-satunya perbedaan antara laporan IPCC terbaru dengan sebelumnya adalah: sekarang kita hampir kehabisan waktu. Jadi, saya kemudian merasa tertekan (kurang lebih sama seperti harga minyak sawit sekarang) …
Beberapa hari kemudian, saya melihat sebuah tayangan yang menampilkan gadis 16 tahun dari Swedia berbicara tentang lingkungan dan perubahan. Dia bukan seorang aktris, juga bukan berasal dari keluarga kerajaan, juga bukan putri dari selebriti manapun. Dia tidak meminta atau memohon orang untuk berubah, tetapi dia berhasil secara efektif mempermalukan orang dewasa untuk berubah.
Karenanya, untuk Greta Thunberg (juga untuk anak-anak saya sendiri), saya memutuskan untuk menulis tentang sesuatu yang dapat memberi kita harapan.
Bagaimana jika setelah semua diskusi ini, kita mulai berubah?
Bagaimana jika perubahan itu berasal dari sesuatu yang sederhana? seperti jika Cina mampu untuk mengendalikan hasrat mengonsumsi dagingnya yang luar biasa itu? Bisa jadi karena flu babi telah menghabiskan sebagian populasi, atau karena perang dagang dengan Amerika telah menyebabkan harga kedelai naik, sehingga mendorong pemerintah Cina untuk menyadari bahwa mereka harus mengubah pola makan mereka, agar bisa mengendalikan inflasi akibat impor.
Kedelai adalah sumber utama pakan ternak, baik untuk unggas, sapi, ataupun babi. Cina menyadari bahwa mereka sebenarnya tidak perlu menyimpan begitu banyak stok kedelai sebagai cadangan pangan strategis, karena komoditas itu tidak terlalu strategis jika mereka harus bergantung pada impor.
Bagaimana jika sebaliknya, mereka mencurahkan sumber daya mereka untuk menanam makanan sehat berkelanjutan dan mendorong warga mereka untuk mengurangi konsumsi daging dalam diet mereka seperti yang telah mereka lakukan ratusan tahun yang lalu?
Bagaimana jika orang Amerika, segera menyadari bahwa mereka tidak dapat terus memberikan miliaran dolar dalam bentuk tunai kepada para petani kedelai mereka yang menganggur dan sebaliknya mendorong mereka untuk mengganti kedelai mereka dengan makanan sehat yang lebih berkelanjutan? Mereka juga dapat mengekspor bahan makanan sehat ini ke banyak negara yang tidak kaya, yang tidak memiliki teknologi atau sumber daya untuk menanam makanan tersebut.
Pada saat yang sama, kebakaran hutan yang mengamuk di Siberia, Brasil, Indonesia dan Alaska membuat orang menyadari bahwa sebagai manusia, kita tidak hanya telah membakar lilin di kedua ujungnya, tetapi kita juga telah mulai membakar bumi dari keempat sudutnya.
Sangat genting untuk menyadari bahwa kita harus segera melakukan berbagai upaya yang efektif.
Konsumen di Barat seyogyanya juga dapat menghentikan disinformasi seputar minyak nabati yang tumbuh di negara-negara dunia ketiga, termasuk diantaranya minyak kelapa sawit. Sebaliknya, mereka justru harus memastikan penghentian deforestasi dan membantu mendorong produksi minyak nabati yang berkelanjutan.
Banyak salah paham dan hujatan seputar minyak kelapa sawit, namun faktanya, sawit adalah tanaman penghasil minyak yang paling efisien, sehingga mampu menghasilkan jumlah minyak yang sama dengan tanaman lainnya, termasuk kedelai, dengan menggunakan lahan yang jauh lebih sedikit. Dan jangan lupa, jika ditanam secara berkelanjutan, minyak kelapa sawit dapat dengan mudah memenuhi permintaan dunia yang tinggi akan minyak nabati dan lemak.
Mungkin perubahan bisa terjadi jika kita memutuskan untuk mengurangi asupan daging dan produk susu sehingga lebih sedikit ternak, yang artinya lebih sedikit kebutuhan akan bahan baku yang dibutuhkan, yaitu kedelai. Ini tidak hanya akan mengurangi penanaman kedelai, tetapi juga akan mengurangi secara proporsional minyak nabati global & lemak yang dipasok oleh minyak kedelai. Sehingga pada gilirannya akan membutuhkan minyak sawit dan minyak nabati lainnya yang lebih produktif dan berkelanjutan untuk mengisi kekosongan pasokan itu.
Bagaimana jika pemerintah di negara-negara di mana pengganti kedelai ditanam, mengambil langkah berani dengan secara tegas menegakkan moratorium atas pembukaan lahan, mendorong metode produksi berkelanjutan dan mengeluarkan undang-undang ketenagakerjaan yang lebih adil bagi orang yang bekerja di industri ini?
Bagaimana jika banyak pemerintah mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dengan mengamanatkan semua industri untuk memproduksi biofuel atau energi terbarukan yang digunakan oleh semua bentuk transportasi – mobil, kereta api, truk, dan kapal?
Bagaimana jika perusahaan-perusahaan energi internasional besar menerapkan langkah menuju energi terbarukan dan menjadikannya sebagai bisnis mereka untuk menghasilkan dan mengirimkan energi terbarukan dengan cara yang paling efisien dan hemat biaya?

Anak bungsu saya akan berusia 4 tahun pada bulan Desember ini, dan pada 2080 dia akan berusia 65 tahun, sementara Greta Thunberg akan berusia 77 tahun.
Jika putri saya tersebut punya anak, mungkin dia akan duduk bersama sambil piknik di atas sebuah bukit hijau yang indah penuh dengan pohon-pohon cherry, sambil bercerita tentang kakek mereka, yang bersama dengan banyak orang lainnya telah berupaya mengubah dunia untuk melakukan hal-hal yang memungkinkan, supaya anak cucu mereka bisa menghirup udara segar di tahun 2080.
Karena Greta Thunberg dan jutaan anak lainnya yang telah menginspirasi, saya sekarang memiliki harapan bahwa itu bisa terjadi.
Saya berbagi harapan tersebut untuk lingkungan, seperti saya juga memiliki harapan untuk masa depan minyak kelapa sawit.