The Palm Scribe

Astra Agro Lestari Bukukan Kenaikan Laba Bersih, Pendapatan Bersih di 2021

Harga minyak sawit yang tinggi di tahun 2021 membantu  PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) membukukan peningkatan pendapatan bersih perseroan sebesar 29,3 persen mencapai Rp 24.3 trilyun walaupun produksi tandan buah segarnya (TBS) turun sebesar 6,6 persen dibanding tahun 2020 .

Direktur Astra Agro Lestari Mario Casimirus Surung Gultom berbicara kepada wartawan pada konferensi pers RUPST PT Astra Agro Lestari Tbk, Rabu (13/4) mengatakan selain kenaikan pendapatan bersih tersebut perseroan membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 136,6 persen menjadi Rp 1,97 triliun tahun lalu.

“Peningkatan harga jual ini disebabkan oleh kenaikan harga jual rata-rata CPO (minyak sawit mentah),” ujar Mario dengan menambahkan bahwa harga jual rata-rata CPO tahun 2021 meningkat 32,2 persen dibanding tahun sebelunya menjadi Rp 11.294 per kilogram.

Ia menambahkan bahwa harga jual rata-rata kernel juga meningkat,  sebesar 67,4 persen menjadi Rp 7.305 pada 2021.

Laba operasional perseroan juga mengalami peningkatan sebesar 86,2 persen menjadi Rp 3,43 triliun dibandingkan 2020. Laba bersih perseroan tdi tahun  2021 tumbuh 136,6 persen menjadi Rp 1,97 triliun.

Belanja modal(capital expenditure/capex) perseroan juga naik 23 persen tahun 2021 dibanding tahun sebelumnya dan mencapai Rp 1,2 triliun .”Mayoritas capex digunakan untuk replanting dan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan. Selebihnya untuk perbaikan infrastruktur dan replacement mesin di pabrik,” kata Mario.

Mario memerinci, dana capex tahun lalu yang dialokasikan untuk plantation sebesar Rp 466 miliar, non-plantation sebesar Rp 459 miliar serta untuk pabrik sebesar Rp 313 miliar. Pada tahun ini perseroan akan menganggarkan capex hingga sekitar Rp 1,3 triliun.

“Tidak jauh berbeda dengan capex pada tahun lalu. Kelebihannya sebagian akan digunakan untuk repay utang yang jatuh tempo pada Oktober 2022,” terang Mario.

Berbicara pada kesempatan yang sama Presiden Direktur Astra Agro Lestasi Santosa mengatakan bahwa  produksi tandan buah segar (TBS) AALI turun sebesar 6,6 persen dibanding tahun 2020 menjadi 4,33 juta ton  disebabkan oleh menurunnya produktivitas tanaman akibat  kemarau panjang di tahun 2019.

Santosa mengatakan di sisi lain, pembelian TBS dari luar perusahaan  tumbuh 25,6 persen menjadi 3,27 juta ton di 2021dibanding tahun sebelumnya hingga produksi CPO perseroan mampu naik 3,1 persen menjadi 1,47 juta ton di tahun 2021.

Santosa mengatakan produksi TBS di triwulan pertama tahun ini lebih rendah dari sebelumnya tetapi berharap bahwa produksi akan dapat lebih baik di  paruh kedua tahun ini.

“Kalau melihat kondisi produksi mudah-mudahan kondisinya bisa lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu,” tegas Santosa

Santosa memperkirakan walaupun harga sawit kini cukup tinggi namun biaya produksi, termasuk pupuk, juga semakin tinggi hingga selisih atntara pendapatan dan pengeluaran tidak akan jauh berbeda dari tahun lalu. Keharusan penjualan CPO dalam negeri dengan harga DPO selama paling tidak dua bulan pertama tahun ini hingga dicabut bulan Maret, juga akan mempengaruhi.

Ia mengatakan harga pupuk sudah mengalami kenaikan antara  75 sampai 80 persen per kilogramnya.

Sebagian besar pendapatan perusahaan berasal dari produk CPO  m dan turunannya yang mencapai  Rp 22,02 triliun atau naik 26,77% dibandingkan  2020.  Minyak inti sawit dan turunannya serta produk lainnya berkontribusi masing-masing Rp 2,20 triliun dan Rp 96,49 miliar.

Selain mengelola 286.720 hektar perkebunan sawit,  Astra Agro juga mengoperasikan 32 pabrik pengolahan sawit dengan kapasitas terpasang 1.750 ton TBS per jam, dua pabrik pengolahan  CPO  dengan kapasitas total 3.000 ton CPO per hari, serta satu unit pengolahan minyak inti sawit  (PKO) dengan kapasitas pengolahan 400 ton  per hari.

Share This