Asian Agri, salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia yang merupakan bagian dari grup Royal Golden Eagle (RGE), meneguhkan komitmen keberlanjutannya untuk jangka panjang dengan strateginya, Asian Agri 2030.
“Asian Agri 2030 merupakan strategi jangka panjang kami yang akan menjadi fokus perusahaan berdasarkan pada pilar serta target yang telah kami tetapkan. Komitmen ini mendorong kami untuk melihat secara lebih mendalam kegiatan operasional dan bisnis kami secara berkelanjutan,” Omri Samosir, Head of Operations Asian Agri mengatakan kepada wartawan Selasa (12/4).
Dalam dokumen Asian Agri 2030, Managing Director Asian Agri Kelvin Tio mengatakan strategi ini merupakan peta jalan untuk 10 tahun ke depan yang didasari target untuk menghasilkan dampak positif bagi petani, masyarakat, dan lingkungan seraya memastikan pertumbuhan berkelanjutan.
Bernard A. Riedo, Director of Sustainability & Stakeholder Relations Asian Agri yang juga merupakan Project Leader dari Asian Agri 2030 mengatakan bahwa Asian Agri 2030 adalah strategi untuk memastikan keberlangsungan bisnis agar sejalan dengan filosofi bisnis grup perusahaan yaitu 5Cs – Good for Community, Country, Climate, Customer, dan Company, imbuhnya.
Berbicara pada wartawan pada kesempatan yang sama Selasa, ia mengatakan komitmen keberlanjutan ini memiliki empat pilar strategis — Kemitraan dengan Petani, Pertumbuhan Inklusif, Iklim Positif, dan Produksi yang Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan yang selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNSDGs) serta tujuan dan visi perusahaan.
Tujuan dan visi Asian Agri sendiri adalah meningkatkan kualitas hidup melalui pengembangan sumber daya yang berkelanjutan melalui serangkaian program dan inisiatif yang memberikan kontribusi positif.
Riedo mengatakan kemitraan dengan petani memiliki target menggandakan pendapatan petani mitra melalui program penanaman kembali atau replanting, sepenuhnya menyelesaikan program replanting serta perolehan sertifikasi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) untuk seluruh petani mitra.
Perusahaan juga menargetkan sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) bagi 5.000 petani swadaya.
Terkait pertumbuhan inklusif, Asian Agri mendorong pengentaskan kemiskinan ekstrem di sekitar area operasional perusahaan, dan mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada desa-desa di sekitar area operasional perusahaan seluas lebih dari 500.000 hektar.
Perusahaan juga berikhtiar menyediakan akses pendidikan berkualitas melalui pemberian 5.000 paket beasiswa serta mengoptimalkan pengutipan minyak residu.
Pilar iklim positif, jelas Riedo, bertujuan mempromosikan minyak sawit berkelanjutan melalui praktik pengelolaan terbaik. Target dari pilar ini adalah penggunaan pendekatan One to One bagi area restorasi ekosistem, pencapaian tingkat emisi netral dari penggunaan lahan dan optimasi pembangunan fasilitas penangkap gas methane untuk seluruh pabrik pengolahan kelapa sawit perusahaan. Asian Agri juga menargetkan 100 persen penggunaan energi terbarukan di seluruh operasinya.
“Pada tahun 2030, kami menargetkan seluruh energi kami dihasilkan dari sumber-sumber terbarukan, tercapainya emisi nol bersih dari penggunaan lahan, dan penghapusan kemiskinan ekstrem di wilayah sekitar operasional kami,’demikian Tio mengatakan dalam dokumen Asian Agri 2030.
Dalam mencapai produksi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, perusahaan menetapkan empat target yaitu tidak membuka lahan baru untuk perkebunan kelapa sawit,menerapkan praktik ramah lingkungan untuk operasional berkelanjutan, implementasi ekonomi sirkular melalui praktik operasional terbaik serta mengurangi 50 persen penggunaan pestisida.
Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB), Bayu Krisnamurthi mengatakan dalam kesempatan yang sama bahwa komitment Asian Agri 2030 merupakan langkah yang baik dan patut mendapatkan apresiasi. “Semoga semakin banyak perusahaan yang mengikuti langkah yang telah ditetapkan Asian Agri ini,” imbuhnya.
Asian Agri kini mengelola 100.000 hektar kebun sawit dan mempekerjakan lebih dari 20.00 orang. Perusahan juga bermitra dengan 30.000 petani plasma di Riau dan Jambi yang mengelola 60.000 hektar kebun kelapa sawit.